Teknologi Pendidikan

Belajar tentang mata kuliah E-Learning di jurusan teknologi pendidikan, di sini : study-elearning.blogspot.com

Online Learning

Belajar di dunia maya lebih banyak koneksi ke berbagai sisi kehidupan, Study-elearning.blogspot.com..

Tak Ada Batasan Waktu

Belajar apa saja, dimana saja, dan kapan pun, di Study-elearning.blogspot.com.

Ayo Gapai Mimpi

Gapai mimpi dengan cara kita sendiri , study-elearning.blogspot.com

Jumat, 04 Januari 2013

THE FUTURE OF LEARNING



Pembelajaran di Masa Mendatang



BLENDED LEARNING


VIDEO PEMBELAJARAN BLENDED LEARNING 



Video Pembelajaran Jarak Jauh


Kuliah 100% Online Jarak Jauh





Kamis, 03 Januari 2013

MULTIMEDIA CONTRIBUTION IN CHARACTER EDUCATION


MULTIMEDIA CONTRIBUTION IN CHARACTER EDUCATION
By
C. Asri Budiningsih

        Multimedia dikemas dalam bentuk gabungan antara teks, gambar, suara, animasi dan video, berisi cerita-cerita yang menggambarkan konteks kehidupan anak. Tema-tema dipilih sesuai dengan nilai-nilai karakter yang dikembangkan oleh Kemendiknas, Balitbang, dan Puskur (2010) meliputi nilai-nilai religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung-jawab, baik yang berkaitan langsung dengan materi pelajaran maupun yang tidak langsung berkaitan dengan materi pelajaran.
         Sebagai paket-paket media mandiri, program ini terhubung oleh satu kepentingan yaitu pembentukan karakter anak yang riang gembira, bersahabat, mampu bersikap dan bertindak sesuai perkembangannya. Media ini dapat membantu guru mengajarkan materi-materi berat, sulit dan abstrak, mengembangkan struktur-kognitif anak secara bertahap mengarah pada terbentuknya nilai-nilai karakter yang otonom dalam mencapai misi dan tujuan pendidikan.

Studi Kasus


STUDI KASUS WEB ONLINE LEARNING
GESCHOOL (WWW.GESCHOOL.NET)


Dari analisis yang dilakukan terhadap desain, fasilitas, dan konten yang terdapat didalam web Geschool sebagai web online learning. Dapat diambil beberapa kesimpulan mengenai keberadaan web Geschool dalam membelajarkan individu-individu yang ada dimanapun dan kapanpun serta beragam usia, yaitu :
a.    Web Geschool telah memiliki berbagai fasilitas dan fitur yang mampu mengarah pada tercapaianya pembelajaran melalui e-learning yang ideal, yaitu yang dapat dikatakan hampir mampu menyeimbangi intensitas pembelajaran konvensional.
b.    Dapat dikatakan bahwa melalui web Geschool, yaitu dengan pemanfaatan segala fasilitas dan konten yang ada mampu mengakomodir terciptanya lingkungan belajar yang interaktif, saling bekerjasama dalam mengkolaborasikan pemikiran dan karya melalui chat/komentar/diskusi dan percakapan syncronous, belajar melalui berbagai model bahan sesuai gaya belajar, seperti layaknya pada pembelajaran tatap muka.
c.    Beberapa koreksi untuk web Geschool, mengenai konten pembelajaran untuk SD (mungkin dalam pembelajaranya dibimbing oleh orang tuanya, karena kemungkinan pembelajaran online tidak efektif karena pengalaman belajar anak dengan teknologi masih sangat kurang). Siswa SD sebagai anak-anak masih sangat suka bermain, sehingga perlu ditambahkan konten pembelajaran yang dikemas dalam bentuk game-game edukatif. Sehingga siswa tertarik untuk belajar di web Geschool.
d.   Guna mencapai lingkungan belajar online yang autentik, web Geschool dapat menambahkan beberapa fasilitas atau konten bahan ajar seperti penugasan user dalam bentuk penugasan yang berkaitan dengan diterapkanya konsep melalui dunia nyata, ataupun pemberian masalah yang kompleks yang terjadi di kehidupan nyata. Untuk dapat diselesaikan user secara individu maupun kelompok.


Pendapat


Pendapat Saya Mengenai Beberapa Hal Berikut Menyangkut Pengembangan E-learning (Bagaimana Pendapat Anda??):
Nama                           : Elsa Sugiarti
NIM                            : 10105241008
Prodi                           : Teknologi Pendidikan, FIP, UNY
Makul                          : Pengembangan e-learning/online Learning

  1. Pembelajaran e-learning/online learning dapat diterapkan di Indonesia. Dengan menganalisa beberapa      hal sebagai berikut, ditemukan beberapa alas an mengapa dapat diterapkanya e-learning di Indonesia.
  2. Pelaksanaan kegiatan belajar pada online learning tentunya berbeda dengan conventional learning, dan tentunya pula berbeda antara kompetensi pendidik dan peserta didik pada kedua model pembelajaran tersebut. Sehingga dalam pelaksaanya, e-learning tentunya memiliki peserta didik dan pendidik yang harus memiliki kompetensi dan karakteristik yang melekat pada diri masing-masing sebagai masyarakat online learning.
  3. Mengenai bagaimana model dan strategi pembelajaran yang terbaik untuk pengembangan model pembelajaran online learning, setelah mempelajari beberapa model dan strategi pembelajaran online learning pada pertemuan-pertemuan sebelumnya, dipahami beberapa bentuk pengaplikasian pembelajaran e-learning dengan bentuk dan hasilnya masing-masing. Melalui beberapa analisis yang telah dilakukan, dan berdasarkan ungkapan bahwa tidak ada satu pun metode pembelajaran yang dapat mencapai semua tujuan pembelajaran. Karenanya dibutuhkan adanya kombinasi didalamnya dengan metode lainya.





Welcome



        Selamat Datang di blog e-learning, silahkan mencari dan membaca informasi yang ingin diperoleh dengan mencarinya di categoris maupun blog archives dan daftar isi. Blog ini merupakan blog pembelajaran sederhana, jadi nikmati kegiatan belajar kamu di sini ... 
Selamat Datang, 

Kurikulum 2013 - Mendikbud: Bahasa Daerah Tidak Akan Dihapus


Mendikbud: Bahasa Daerah Tidak Akan Dihapus

Mendikbud M Nuh (Foto: Rifa Nadia/Okezone)

JAKARTA - Rencana perubahan kurikulum 2013 yang dicanangkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), mengundang penolakan dari berbagai pihak. Salah satunya dari Forum Serikat Guru Indonesia (FSGI). Mereka menolak rencana penghapusan beberapa mata pelajaran, seperti bahasa daerah.

Menanggapi isu penghapusan bahasa daerah dari kurikulum tersebut, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh, meluruskan bahwa bahasa daerah tidak akan dihapuskan dari kurikulum. Menurutnya, di kolom kurikulum jelas tercantum budaya seni, budaya daerah, dan prakarya. Karena bahasa daerah merupakan budaya daerah, jadi tetap terbuka untuk dimasukkan ke dalan kurikulum.

"Di dalam seni dan budaya kita berikan empat pilihan, bisa juga memasukkan bahasa daerah dan itu bisa jadi bagian dari muatan lokal. Ya itu dipersilahkan kepada pihak daerah atau sekolah masing-masing untuk menentukkannya," ujar Nuh usai acara serah terima aset Politeknik Tanah Laut dan Universitas 19 November Kolaka, di Gedung A Kemendikbud, Kamis (3/1/2013).

Nuh menjelaskan, guru-guru yang menolak tersebut mungkin belum mengerti jelas mengenai perubahan kurikulum tersebut.

"Mungkin belum jelas saja. Jangankan guru, yang lain juga akan demo kalau tidak jelas," imbuhnya.

Selain itu, mendikbud menambahkan, tidak benar jika pemerintah menghapuskan bahasa daerah dari kurikulum. Justru bahasa daerah yang menjadi salah satu kearifan lokal harus diperkuat dan dilestarikan. Mengenai isu penghapusan IPA-IPS dan bahasa daerah dari kurikulum, keputusannya akan diumumkan dalam waktu dekat.

"Publik tidak usah khawatir, dalam satu atau dua hari ini kami akan meluruskan hal tersebut (penghapusan beberapa mata pelajaran), dan hasilnya akan disampaikan kepada publik," tutur Nuh.(rfa)

Sumber :okezone.com

Kurikulum "Berpikir" 2013

Kurikulum "Berpikir" 2013




Oleh Rhenald Kasali

Di banyak negara, saya sering menyaksikan siswa sekolah atau mahasiswa yang aktif berdiskusi dengan guru atau dosennya. Persis seperti yang dulu sering kita lihat dalam iklan margarin pada tahun 1980-an, atau gairah siswa Wellesley College yang kita lihat dalam film Monalisa Smile.

Sewaktu mengajar di University of Illinois, saya kerap berhadapan dengan anak-anak seperti itu. Karena materi yang harus diajarkan begitu banyak, saya menjawab seperti kebiasaan guru di sini. ”Sebentar ya. Biar saya selesaikan dulu.” Namun, anak-anak itu tetap tak mau menurunkan tangannya sebelum dilayani berdiskusi.

Belakangan saya diberi tahu bahwa pendidik yang baik harus cekatan melayani diskusi, bukan meringkas isi buku. Seorang guru besar senior mengingatkan, ”Kami bersusah payah mengubah satu generasi, dari TK hingga SLTA, mengubah kebiasaan siswa yang malas berpikir menjadi aktif mengeksplorasi dengan lebih percaya diri.”

Mengapa tradisi seperti itu tidak terjadi di sini? Bahkan di perguruan tinggi semakin banyak dosen mengeluh bahwa anakanak sekarang tidak gemar membaca sehingga tidak bisa diajak berdiskusi.

Dihafal, bukan dipikir

Anak-anak kita punya tradisi belajar yang sangat berbeda, yang mengakar sejak taman kanak-kanak. Mata ajaran yang dipelajari jauh lebih banyak, tetapi tidak mendalam. Kalau sulit, rumus yang sangat banyak dibuatkan jembatan keledai atau singkatan-singkatan agar mudah dikeluarkan dari otak.

Cara belajar yang demikian berpotensi menghasilkan ”penumpang” ketimbang ”pengemudi”. Karena itu, banyak orang yang lebih senang duduk menunggu, hidup ”menumpang”, ”dituntun”, atau diarahkan ketimbang menjadi pengemudi yang aktif dan dinamis.

Seperti tampak di angkutan umum, penumpang boleh mengantuk, tertidur, terdiam, sibuk sendiri, tak perlu tahu arah jalan, dan praktis kurang berani mengambil risiko. Sementara pengemudi adalah sosok yang sebaliknya. Karena orangtua juga dibesarkan dalam tradisi belajar yang sama, tradisi serupa ada di rumah. Dengan jumlah mata ajaran yang semakin hari semakin banyak, jumlah yang dihafal siswa di sini juga semakin memberatkan.

Perhatikanlah bagaimana siswa berikut ini belajar. Siswa kelas I SD yang ibunya bekerja mengucapkan kalimat ini: ”Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak. Ayah ke kantor mencari nafkah, ibu merawat anak-anak di rumah.” Anak itu sempat protes karena ibunyalah yang bekerja, tetapi ibu guru menyatakan ”Dihafal saja karena bukunya berkata demikian”. Ibu di rumah berkata serupa: ”Kalau engkau mau naik kelas, dihafal saja.”

Daya kritis tidak diberi ruang, pertanyaan-pertanyaan penting yang diperlukan manusia untuk bernalar dimatikan sedari muda. Sementara mata ajar kesenian yang diadakan untuk merangsang daya kreasi juga distandarkan dan dihafal. Seperti yang dialami anak-anak yang menggambar pemandangan: gunung dua berjajar, matahari di tengah, dan seterusnya.

Hafalan diperlukan untuk mengikuti ujian nasional dan agar diterima di perguruan tinggi atau menjadi pegawai negeri sipil. Bahkan untuk diterima di jurusan seni rupa sebuah perguruan tinggi negeri terkenal, ujian masuknya juga ujian menghafal, bukan portofolio karyakarya calon mahasiswa.

Demikianlah penumpang, sekolahnya menghafal tetapi tidak berani berbuat, apalagi menyatakan identitas diri atau berpikir. Ini ditambah lagi tradisi membesarkan anak yang sejak lahir tubuh dan kedua kaki-tangannya dibedong lalu digendong. Sekalipun sudah bisa berjalan, kita selalu dituntun orang dewasa. Beda benar dengan tradisi belajar di negara-negara yang mendorong manusianya berpikir dan bertindak. Di negeri penumpang, wacana berlimpah, gagasan hebat mudah ditemui di televisi, tetapi sedikit sekali kaum elite yang bergerak.

Kurikulum berpikir

Gagasan merampingkan jumlah mata ajaran tentu saja tak boleh diikuti oleh rasa takut yang berlebihan di kalangan para pendidik. Sebab, sebagaimana layaknya setiap perubahan, maka tak pernah ada perubahan yang langsung berakhir dengan kesempurnaan. Namun, satu hal yang pasti, seperti orang yang berfoto bersama, maka setiap orang akan selalu melihat pada wajahnya masing-masing. Ia akan mengatakan fotonya bagus, semata-mata kalau dirinya tampak bagus.

Bagi saya, perubahan kurikulum yang ramai diperbincangkan seharusnya dapat dilihat pada aspek lebih luas daripada sekadar merampingkan mata ajaran. Perubahan ini seharusnya dapat dijadikan momentum untuk melakukan transformasi diri manusia Indonesia dari tradisi mindset ”penumpang” menjadi cara berpikir ”pengemudi”. Transformasi ini berdampak sangat luas yang sudah pasti membutuhkan penyempurnaan bertahap hingga ke tingkat pendidikan tinggi.

Riset-riset terbaru menunjukkan, betapa banyak cara kita belajar sudah harus diubah. Daniel Coyle (2010), misalnya, menunjukkan kemajuan yang dicapai dalam neuroscience yang menemukan bahwa manusia cerdas tidak hanya dibentuk oleh memori otak, tetapi juga memori otot (myelin). Sementara Carol Dweck dan Lisa Blackwell (2011) menemukan bahwa anak-anak yang secara akademik dianggap cerdas berpotensi menyandang mindset tetap sehingga kecakapannya untuk berkembang menjadi terhambat.

Keduanya menunjukkan cara-cara baru membentuk mental pengemudi yang sangat dibutuhkan untuk mempersiapkan generasi baru di abad ke-21. Jadi, terimalah perubahan dan persiapkan lebih baik.

RHENALD KASALI Guru Besar FE-UI


Sumber :KOMPAS.com

"Kurikulum 2013 Hanya Cocok untuk Golongan Atas"

"Kurikulum 2013 Hanya Cocok untuk Golongan Atas"


Sumber: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

JAKARTA, KOMPAS.com 
 Kurikulum baru yang nantinya akan menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ini dinilai hanya sesuai untuk anak-anak yang berasal dari golongan menengah ke atas. Padahal, maksud dari penerapan kurikulum baru ini antara lain agar metode yang muncul di sekolah internasional juga dapat dirasakan seluruh sekolah di Indonesia.

Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), Retno Listyarti, mengatakan bahwa kurikulum baru nanti akan sulit dikembangkan pada sekolah di seluruh Indonesia. Untuk sekolah yang didominasi oleh siswa dari golongan menengah ke atas, kurikulum ini masih dapat berjalan, tapi tidak sebaliknya.

"Kurikulum 2013 ini hanya menguntungkan kelas sosial ekonomi menengah ke atas saja menurut saya," kata Retno saat jumpa pers Catatan Akhir Tahun 2012 di Kantor Indonesia Corruption Watch (ICW), Kalibata, Jakarta, Kamis (27/12/2012).

Seperti diketahui, metode pembelajaran mengandalkan observasi ini sebenarnya sudah diterapkan di sekolah internasional yang ada di Indonesia. Tidak hanya sekolah internasional, sekolah-sekolah yang dikelola oleh perorangan atau yayasan juga sudah menggunakan metode ini dan memang hasilnya lebih baik.

Namun menurut Retno, hal tersebut dapat diaplikasikan pada sekolah semacam itu karena sumber daya tenaga pendidiknya dicukupi dalam hal kesejahteraan. Kemudian fasilitas untuk anak-anak selama di sekolah juga terpenuhi dan tidak pernah kekurangan.

"Nah, kita sekolah biasa, fasilitas ya tidak selengkap mereka. Guru-gurunya, kesejahteraannya masih bermasalah, kualitasnya juga beragam," ujar Retno.

"Mungkin di Jakarta masih bisa. Tapi coba di daerah pelosok. Anak-anak berangkat sekolah saja susah, fasilitasnya seadanya, dan gurunya juga pas-pasan; (ini) bisa jalan enggak kira-kira?" imbuhnya.

Untuk itu, KTSP yang hendak diganti ini sebenarnya sudah sesuai dan dapat diterima karena masing-masing sekolah mengetahui kondisi lapangan sehingga metode pembelajarannya dapat dicari yang sesuai. Jika memang tidak mencapai target yang diharapkan selama enam tahun ini, maka pemerintah harusnya mengevaluasi dan membenahi, bukan malah mengganti.

"KTSP sudah cocok. Hanya kalau memang guru masih tertatih bikin silabus, ya terus dilatih dan terus dibina. Saya yakin teman-teman guru bisa, selama pelatihannya berkelanjutan," tandasnya

KOMPAS.COM
.

Kerja Jarak Jauh Diwakili Robot


Kerja Jarak Jauh Diwakili Robot


Oleh Terence Chea, Associated Press

PALO ALTO, California (AP) – Insinyur Dallas Goecker menghadiri rapat, bergurau dengan rekan-rekannya dan berkeliling gedung layaknya karyawan lain di sebuah perusahaan di Silicon Valley.

Namun Goecker tidak berada di California. Dia bekerja di rumahnya di Seymour, Indiana, yang berjarak lebih dari 3.700 kilometer.
                           

OBSERVASI UNIVERSITAS TERBUKA (UPBJJ-UT)


CATATAN LAPANGAN OBSERVASI UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH – UNIVERSITAS TERBUKA (UPBJJ-UT), YOGYAKARTA
(Oleh : Elsa Sugiarti/2012/KTP/FIP/UNY)

Dengan melihat secara keseluruhan informasi yang didapat melalui lembaga pendidikan Universitas Terbuka (UPBJJ-UT Yogyakarta) sebagai salah satu lembaga penyelenggara e-learning/online learning, diperoleh beberapa kesimpulan mengenai pelaksanaan pembelajaran jarak jauh atau eleraning/online learning tersebut , berikut beberapa diantara kesimpulan yang diperoleh :
1.    Dibutuhkan adanya komitmen, pengetahuan, tanggungjawab, kerja keras serta modal mental yang kuat guna membangun dan mempertahankan sebuah lembaga pendidikan terbuka dan jarak jauh untuk dapat mencapai kedudukan yang diinginkan didalam lingkungan masyarakat.
2.     Dibutuhkan adanya kerjasama (internal dan eksternal) dalam mengelola lembaga dan pemanfaatan semaksimal mungkin perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya computer sebagai media belajar dan interaksi yang mampu mendukung tercapainya tujuan pembelajaran jarak jauh.  
3.    Media pembelajaran jarak jauh yang paling efektif sampai saat ini, dengan melihat kondisi demografi dan geografi serta keterbatasan interkoneksi adalah modul (bahan ajar cetak yang didesain khusus untuk pebelajar mandiri).
4.    Pelaksanaan pembelajaran jarak jauh atau e-learning/online learning di Indonesia dirasa lebih efektif dengan model blended learning atau dual mode yaitu kombinasi dari konvensional dan e-learning. Seperti yang diterapkan pada UPBJJ-UT Yogyakarta. Dimana masih terdapat control dari tutor terhadap mahasiswa, untuk dapat mengendalikan secara langsung meskipun hanya pada waktu-waktu tertentu guna memastikan keberhasilan dalam memahami dan menginterpretasikan bahan ajar.




Pengembangan ICT dalam Pendidikan Multikultural

Pengembangan ICT dalam Pendidikan Multikultural 
Oleh Bp.Sugeng Bayu Wahyono

     Memperhatikan potensi ICT sebagai medium pendidikan, maka perlu memanfaatkannya untuk kepentingan penyelenggaraan pendidikan multikultural. Pendidikan multikultural harus memanfaatkan ICT untuk kepentingan pemahaman konsep-konsep identitas, etnisitas, cara beragama, bangsa, dan kebudayaan secara komprehensif melalui relasi kesetaraan, dan bukan hubungan dominatif. Jika ini disepakati, maka pendidikan multikultural perlu memberikan perimbangan informasi yang menetralisir dan mencairkan peneguhan dan politik perbedaan identitas yang berlatar belakang status sosial-ekonomi, agama, dan etnisitas.     
       Pendidikan multikultural melalui ICT, perlu terus mengunggah berbagai informasi yang mendorong perilaku beragama secara inklusif. Dalam konteks ini menarik disimak, bahwa pada tataran praksis agama menunjukkan wajah yang mendua, terkadang menampakkan diri apa yang oleh Gregory Baum (1975) disebut sebagai liberating (yang membebaskan), tetapi pada suatu saat tidak jarang justru tampak sebagai enslaving (yang menundukan). Mengikuti tesis ini, dapat diungkapkan pernyataan hipotetik, bahwa semakin agama berorientasi normatif-skriptualistik, maka semakin menunjukkan karakter penundukannya. Sebaliknya, semakin agama membuka diri untuk dipahami secara historis dalam perspektif ilmu pengetahuan, maka akan terbuka watak pembebasannya.

THE SOCIAL IMPACT OF ICT AND SCHOOL BARRIERS IN THE CHARACTER EDUCATION


THE SOCIAL IMPACT OF ICT AND SCHOOL BARRIERS IN THE
CHARACTER EDUCATION
By
Siti Irene Astuti D

        Dalam penjelesanya mengenai dampak ICT dalam kehidupan sosial yang kompleks, dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi serta pola pikir masyarakat yang harus direspon positif,  disimpulkan :
"The challenge for education in a technical society is complex. The complexity relates to the development of science and technology which can displace human-life existence. Social impacts of ICT need proactive response so that the ICT use at schools does not negatively affect the learning process. In this process, in order to anticipate its negative impacts, both teachers and parents always need communicative and critical dialogues. ICT implementation needs school strategies so that the schools can always sonduct character education by using ICT as medium. In this case, school condition in implementing ICT needs to consider the aspects of stay safe, be healty, enjoy and achieve, achievement economic well being, and make a positive
contribution.
The right uses of ICT for students can help the process of character building in children. However, this requires a positive appreciation towards the existence of ICT because it can actually give additional scientific insights which re useful in responding the challenge of science-technology development. Nonetheless, this challenge actually motivates students even more to learn and to improve the achievement as well as to maintain their self-belief in the flow of information revolution."
DOWNLOAD FILE

BLENDED-E LEARNING


APPLICATION OF BLENDED-E LEARNING AS ONE OF
ALTERNATIVE INSTITUTIONAL EDUCATION STRENGTHENING1
By
Nunuk Suryani 

      Dalam artikel ini dijelaskan bahwa penerapan blended learning sebagai alternatife dalam lembaga pendidikan,  Disimpulkan bahwasanya :
"To implement the learning model like this would be no pre conditions in its application. To apply a blended learning model, the campus / institution should have facilities such as hot spots and “gazebo-gazebo” that can be used for online discussion and learning outside the classroom. Not only facilities but also the quality of human resources and leads to the ICT-based. With the application of blended e learning is maximized, then there is the strengthening of educational institutions, because the goal for education can be achieved."
DOWNLOAD FILE

DISTANCE LEARNING USING E-LEARNING

DISTANCE LEARNING USING E-LEARNING 
By Ellina Rienovita

       Mendidik yang efektif pada dasarnya merupakan kemampun seseorang menghadirkan diri sedemikian sehingga pendidik memiliki relasi bermakna pendidikan dengan para peserta didik sehingga mereka mampu menumbuh kembangkan dirinya menjadi pribadi dewasa dan matang. Dasar pendidikannya adalah apa yang menjadi “dunia”, minat, dan kebutuhan-kebutuhan peserta didik. Pendidik membantu peserta didik untuk menemukan, mengembangkan dan mencoba mempraktikkan kemampuan-kemampuan yang mereka miliki (the learners-centered teaching). Ciri utama pendidikan yang berpusat pada siswa adalah bahwa pendidik menghormati, menghargai dan menerima siswa sebagaimana adanya. Komunikasi dan relasi yang efektif sangat diperlukan dalam model pendidikan yang berpusat pada siswa, sebab hanya dalam suasana relasi dan komunikasi yang efektif, peserta didik akan dapat mengeksplorasi dirinya, mengembangkan dirinya dan kemudian mem- “fungsi” -kan dirinya di dalam masyarakat secara optimal.
Bagaimana kita dapat membantu siswa secara optimis dalam proses pembelajaran:

  1. Jelas : Sediakan informasi tentang pembelajaran. Kapan siswa dapat menggunakannya, tentang jadwal, tentang tes, dll. Apa yang ditawarkan dan apa yang tidak ditawarkan harus secara jelas. Tentang perjanjian dengan siswa SLA (Service Level Agreement) sangat berguna dalam pengajaran.
  2. Pengetahuan tentang tes. Pengetahuan tentang test sangat diperlukan
  3. Tulis tentang rencana pembelajaran dengan siswa. Dalam rencana pembelajaran adalah menulis jadwal, langkah-langkah yang diperlukan. Juga memberika saran tentang dasar pembelajaran dan tipe pembelajaran dari siswa. Siswa komitmen dengan rencananya.
  4. Menggunakan pengalaman dari siswa. Hubungan aktivitas dari hari ke hari dengan mereka, buatlah pusat permasalahan.
  5. Buatlah pengalaman sebanyak mungkin. tapi focus pada pengajaran yang relevan.
  6. Berikan modul belajar bagaimana belajar dengan menjelaskan tip proses belajar.
  7. Latih siswa pada proses belajar.
  8. Berikan suatu lingkungan teknik yang solid. Penggunaan rintangan-rintangan pada pembalajaran.

PENGEMBANGAN GURU PROFESIONAL BERBASIS ICT


DEVELOPMENT OF TEACHERS' PROFESSIONALISM BASED ICT
Sunaryo Soenarto


     Pengembangan profesionalitas guru tidak bisa mengandalkan program sertifikasi pendidik melalui penilaian portofolio saja, namun perlu diupayakan ragam program pengembangan profesionalitas guru berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi atau Information and Communication Technology (ICT).
         Dengan jumlah guru yang mencapai 2,6 juta, upaya pengembangan profesionalitas secara konvensional akan memerlukan biaya yang mahal dan waktu yang lama. Berbagai pihak menyadari bahwa pengembangan profesionalitas bagi guru dalam jabatan harus dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Pengembangan profesionalitas guru berbasis ICT merupakan strategi pengembangan sumberdaya yang inovatif dan efisien. Upaya tersebut akan berdaya dan berhasil guna, apabila program dirancang secara terpadu, sistemik dan sesuai dengan kebutuhan guru dan sekolah.

Jurnal-USING MULTIMEDIA IN INTEGRATED LEARNING COURSE


USING MULTIMEDIA IN INTEGRATED LEARNING COURSE TO IMPROVE SELF MOTIVATED LEARNING OF ELEMENTARY SCHOOL TEACHER EDUCATION (PGSD) STUDENTS OF FACULTY OF EDUCATION STATE UNIVERSITY OF YOGYAKARTA
By
Unik Ambar Wati*

Penggunaan multimedia ini menjadi khasanah baru untuk memperluas akses pengetahuan mereka tentang pembelajaran terpadu, karena telah dilengkapi dengan materi pengayaan, video, dan animasi sehingga akan mampu meningkatkan motivasi belajar mereka dan berimplikasi terhadap kemampuan belajar mandiri mahasiswa.
Penerapan multimedia sangat relevan diterapkan dalam pembelajaran terpadu karena merupakan sesuatau yang baru dalam perkuliahan. Dalam penerapan perlu divariasikan dengan metode lain agar tidak jenuh.
Perlunya membangun hubungan yang intensif antara dosen dan mahasiswa sehingga terjadi komunikasi yang efektif dalam pembelajaran.Perlunya membangun suasana kelas yang kondusif. Perlu adanya penghargaan dan punishment, sebagai bahan untuk merefleksi diri yang masih jarang dilakukan mahasiswa.
DOWNLOAD FILE

MEMAKNAI ICT DALAM PENDIDIKAN UNTUK PERDAMAIAN


TRANSFORMASI KONFLIK : 
MEMAKNAI ICT DALAM PENDIDIKAN UNTUK PERDAMAIAN 
By
Ade Chandra


ICT dalam pendidikan untuk perdamaian berarti menggunakan ICT, bukan hanya pada pencapaian orientasi material semata, namun harus benar-benar dimanfaatkan untuk memperkuat martabat manusia Indoensia dengan karakter yang dimilikinya.
Konflik merupakan suatu situasi yang membuka peluang bagi terciptanya kerja sama saling menguntungkan. Sehingga dibutuhkan cara menyelesaikannya dengan menjunjung tinggi prinsip-prinsip kemanusiaan. Saling serang atau hidup damai berdampingan semuanya adalah pilihan.
DOWNLOAD FILE

KOMPETENSI PENDIDIDIKAN & SISWA ONLINE

 KOMPETENSI PENDIDIDIKAN & SISWA ONLINE
Proses pembelajaran pada online learning berhasil tidaknya, bergantung bagaimana individu-individu (pebelajar dan pendidik) di dalamnya menyikapi proses berlangsungnya pendidikan tersebut. Bagaimana kompetensi dan karakteristik  mereka dalam merespon proses dan kegiatan yang berlangsung. Seperti : kejujuran, kemandirian, keaktifan, keahlian, mental dan kepribadian mereka. Dimana karakter-karakter tersebut juga diperkuat oleh adanya etika online learning.