Teknologi Pendidikan

Belajar tentang mata kuliah E-Learning di jurusan teknologi pendidikan, di sini : study-elearning.blogspot.com

Online Learning

Belajar di dunia maya lebih banyak koneksi ke berbagai sisi kehidupan, Study-elearning.blogspot.com..

Tak Ada Batasan Waktu

Belajar apa saja, dimana saja, dan kapan pun, di Study-elearning.blogspot.com.

Ayo Gapai Mimpi

Gapai mimpi dengan cara kita sendiri , study-elearning.blogspot.com

Tampilkan postingan dengan label Artikel E-learning. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Artikel E-learning. Tampilkan semua postingan

Kamis, 03 Januari 2013

MULTIMEDIA CONTRIBUTION IN CHARACTER EDUCATION


MULTIMEDIA CONTRIBUTION IN CHARACTER EDUCATION
By
C. Asri Budiningsih

        Multimedia dikemas dalam bentuk gabungan antara teks, gambar, suara, animasi dan video, berisi cerita-cerita yang menggambarkan konteks kehidupan anak. Tema-tema dipilih sesuai dengan nilai-nilai karakter yang dikembangkan oleh Kemendiknas, Balitbang, dan Puskur (2010) meliputi nilai-nilai religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung-jawab, baik yang berkaitan langsung dengan materi pelajaran maupun yang tidak langsung berkaitan dengan materi pelajaran.
         Sebagai paket-paket media mandiri, program ini terhubung oleh satu kepentingan yaitu pembentukan karakter anak yang riang gembira, bersahabat, mampu bersikap dan bertindak sesuai perkembangannya. Media ini dapat membantu guru mengajarkan materi-materi berat, sulit dan abstrak, mengembangkan struktur-kognitif anak secara bertahap mengarah pada terbentuknya nilai-nilai karakter yang otonom dalam mencapai misi dan tujuan pendidikan.

Pengembangan ICT dalam Pendidikan Multikultural

Pengembangan ICT dalam Pendidikan Multikultural 
Oleh Bp.Sugeng Bayu Wahyono

     Memperhatikan potensi ICT sebagai medium pendidikan, maka perlu memanfaatkannya untuk kepentingan penyelenggaraan pendidikan multikultural. Pendidikan multikultural harus memanfaatkan ICT untuk kepentingan pemahaman konsep-konsep identitas, etnisitas, cara beragama, bangsa, dan kebudayaan secara komprehensif melalui relasi kesetaraan, dan bukan hubungan dominatif. Jika ini disepakati, maka pendidikan multikultural perlu memberikan perimbangan informasi yang menetralisir dan mencairkan peneguhan dan politik perbedaan identitas yang berlatar belakang status sosial-ekonomi, agama, dan etnisitas.     
       Pendidikan multikultural melalui ICT, perlu terus mengunggah berbagai informasi yang mendorong perilaku beragama secara inklusif. Dalam konteks ini menarik disimak, bahwa pada tataran praksis agama menunjukkan wajah yang mendua, terkadang menampakkan diri apa yang oleh Gregory Baum (1975) disebut sebagai liberating (yang membebaskan), tetapi pada suatu saat tidak jarang justru tampak sebagai enslaving (yang menundukan). Mengikuti tesis ini, dapat diungkapkan pernyataan hipotetik, bahwa semakin agama berorientasi normatif-skriptualistik, maka semakin menunjukkan karakter penundukannya. Sebaliknya, semakin agama membuka diri untuk dipahami secara historis dalam perspektif ilmu pengetahuan, maka akan terbuka watak pembebasannya.

THE SOCIAL IMPACT OF ICT AND SCHOOL BARRIERS IN THE CHARACTER EDUCATION


THE SOCIAL IMPACT OF ICT AND SCHOOL BARRIERS IN THE
CHARACTER EDUCATION
By
Siti Irene Astuti D

        Dalam penjelesanya mengenai dampak ICT dalam kehidupan sosial yang kompleks, dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi serta pola pikir masyarakat yang harus direspon positif,  disimpulkan :
"The challenge for education in a technical society is complex. The complexity relates to the development of science and technology which can displace human-life existence. Social impacts of ICT need proactive response so that the ICT use at schools does not negatively affect the learning process. In this process, in order to anticipate its negative impacts, both teachers and parents always need communicative and critical dialogues. ICT implementation needs school strategies so that the schools can always sonduct character education by using ICT as medium. In this case, school condition in implementing ICT needs to consider the aspects of stay safe, be healty, enjoy and achieve, achievement economic well being, and make a positive
contribution.
The right uses of ICT for students can help the process of character building in children. However, this requires a positive appreciation towards the existence of ICT because it can actually give additional scientific insights which re useful in responding the challenge of science-technology development. Nonetheless, this challenge actually motivates students even more to learn and to improve the achievement as well as to maintain their self-belief in the flow of information revolution."
DOWNLOAD FILE

BLENDED-E LEARNING


APPLICATION OF BLENDED-E LEARNING AS ONE OF
ALTERNATIVE INSTITUTIONAL EDUCATION STRENGTHENING1
By
Nunuk Suryani 

      Dalam artikel ini dijelaskan bahwa penerapan blended learning sebagai alternatife dalam lembaga pendidikan,  Disimpulkan bahwasanya :
"To implement the learning model like this would be no pre conditions in its application. To apply a blended learning model, the campus / institution should have facilities such as hot spots and “gazebo-gazebo” that can be used for online discussion and learning outside the classroom. Not only facilities but also the quality of human resources and leads to the ICT-based. With the application of blended e learning is maximized, then there is the strengthening of educational institutions, because the goal for education can be achieved."
DOWNLOAD FILE

DISTANCE LEARNING USING E-LEARNING

DISTANCE LEARNING USING E-LEARNING 
By Ellina Rienovita

       Mendidik yang efektif pada dasarnya merupakan kemampun seseorang menghadirkan diri sedemikian sehingga pendidik memiliki relasi bermakna pendidikan dengan para peserta didik sehingga mereka mampu menumbuh kembangkan dirinya menjadi pribadi dewasa dan matang. Dasar pendidikannya adalah apa yang menjadi “dunia”, minat, dan kebutuhan-kebutuhan peserta didik. Pendidik membantu peserta didik untuk menemukan, mengembangkan dan mencoba mempraktikkan kemampuan-kemampuan yang mereka miliki (the learners-centered teaching). Ciri utama pendidikan yang berpusat pada siswa adalah bahwa pendidik menghormati, menghargai dan menerima siswa sebagaimana adanya. Komunikasi dan relasi yang efektif sangat diperlukan dalam model pendidikan yang berpusat pada siswa, sebab hanya dalam suasana relasi dan komunikasi yang efektif, peserta didik akan dapat mengeksplorasi dirinya, mengembangkan dirinya dan kemudian mem- “fungsi” -kan dirinya di dalam masyarakat secara optimal.
Bagaimana kita dapat membantu siswa secara optimis dalam proses pembelajaran:

  1. Jelas : Sediakan informasi tentang pembelajaran. Kapan siswa dapat menggunakannya, tentang jadwal, tentang tes, dll. Apa yang ditawarkan dan apa yang tidak ditawarkan harus secara jelas. Tentang perjanjian dengan siswa SLA (Service Level Agreement) sangat berguna dalam pengajaran.
  2. Pengetahuan tentang tes. Pengetahuan tentang test sangat diperlukan
  3. Tulis tentang rencana pembelajaran dengan siswa. Dalam rencana pembelajaran adalah menulis jadwal, langkah-langkah yang diperlukan. Juga memberika saran tentang dasar pembelajaran dan tipe pembelajaran dari siswa. Siswa komitmen dengan rencananya.
  4. Menggunakan pengalaman dari siswa. Hubungan aktivitas dari hari ke hari dengan mereka, buatlah pusat permasalahan.
  5. Buatlah pengalaman sebanyak mungkin. tapi focus pada pengajaran yang relevan.
  6. Berikan modul belajar bagaimana belajar dengan menjelaskan tip proses belajar.
  7. Latih siswa pada proses belajar.
  8. Berikan suatu lingkungan teknik yang solid. Penggunaan rintangan-rintangan pada pembalajaran.

PENGEMBANGAN GURU PROFESIONAL BERBASIS ICT


DEVELOPMENT OF TEACHERS' PROFESSIONALISM BASED ICT
Sunaryo Soenarto


     Pengembangan profesionalitas guru tidak bisa mengandalkan program sertifikasi pendidik melalui penilaian portofolio saja, namun perlu diupayakan ragam program pengembangan profesionalitas guru berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi atau Information and Communication Technology (ICT).
         Dengan jumlah guru yang mencapai 2,6 juta, upaya pengembangan profesionalitas secara konvensional akan memerlukan biaya yang mahal dan waktu yang lama. Berbagai pihak menyadari bahwa pengembangan profesionalitas bagi guru dalam jabatan harus dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Pengembangan profesionalitas guru berbasis ICT merupakan strategi pengembangan sumberdaya yang inovatif dan efisien. Upaya tersebut akan berdaya dan berhasil guna, apabila program dirancang secara terpadu, sistemik dan sesuai dengan kebutuhan guru dan sekolah.

MEMAKNAI ICT DALAM PENDIDIKAN UNTUK PERDAMAIAN


TRANSFORMASI KONFLIK : 
MEMAKNAI ICT DALAM PENDIDIKAN UNTUK PERDAMAIAN 
By
Ade Chandra


ICT dalam pendidikan untuk perdamaian berarti menggunakan ICT, bukan hanya pada pencapaian orientasi material semata, namun harus benar-benar dimanfaatkan untuk memperkuat martabat manusia Indoensia dengan karakter yang dimilikinya.
Konflik merupakan suatu situasi yang membuka peluang bagi terciptanya kerja sama saling menguntungkan. Sehingga dibutuhkan cara menyelesaikannya dengan menjunjung tinggi prinsip-prinsip kemanusiaan. Saling serang atau hidup damai berdampingan semuanya adalah pilihan.
DOWNLOAD FILE

Sabtu, 29 Desember 2012

Pengembangan E-learning dengan Moodle


Artikel
Pengembangan E-learning dengan Moodle
Oleh:
Herman Dwi Surjono, Ph.D.

 Moodle merupakan salah satu LMS (learning Management System) open sources yang dapat diperoleh secara bebas melalui http://moodle.org. Moodle dapat dengan mudah dipakai untuk mengembangkan sistem e-learning. Dengan Moodle portal e-learning dapat dimodifikasi sesuai kebutuhan. Saat ini terdapat lebih dari 18 ribu situs e-learning tersebar di lebih dari 163 negara yang dikembangkan dengan Moodle.
Langkah-langkah pengembangan e-learning dengan menggunakan Moodle akan dijelaskan dalam tulisan ini. Oleh karena sifarnya yang praktis, maka langkah-langkah pengembangan ini sebaiknya diikuti dengan praktek langsung di depan komputer.

 2. Software Moodle
Software Moodle terbaru adalah versi 1.7 yang dapat didownload dari situs resmi Moodle http://download.moodle.org/. Sofware harus diinstal di server agar bisa diakses melalui Internet atau diinstal di komputer sebagai server lokal untuk latihan. Untuk instalasi di komputer lokal juga tersedia paket software yang terdisi atas Moodle+Apache+MySQL+PHP untuk memudahkan proses instalasi.
3. Halaman depan portal e-learning
Bila proses instalasi selesai, tampilan halaman depan portal e-learning untuk pertama kali (default) yang diakses dengan web browser adalah sebagai berikut.
Selanjutnya tugas admin adalah memodifikasi tampilan halaman depan sesuai dengan kebutuhan lembaga. Untuk memulai mengedit halaman depan, tombol “Turn editing on” perlu diklik. Menu pada “Site Administration” dapat digunakan oleh Admin untuk meng-kustomise tampilan depan dan sistem e-learning secara keseluruhan. Contoh halaman depan yang sudah dimodifikasi adalah sbb.
4. Pendaftaran pengguna baru
5. Pengaturan (setting) halaman mata kuliah
6. Memasukkan materi kuliah
7. Membuat Quiz
8. Membuat dan mengelola tugas-tugas
9. Membuat forum diskusi
10. Memasukkan Chat


Sumber : Herman Dwi Surjono, Ph.D..

MENGENAL E-LEARNING


Artikel
MENGENAL E-LEARNING
Oleh Asep Herman Suyanto
Jaya Kumar C. Koran (2002), mendefinisikan e-learning sebagai sembarang pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan. Ada pula yang menafsirkan e-learning sebagai bentuk pendidikan jarak jauh yang dilakukan melalui media internet. Sedangkan Dong (dalam Kamarga, 2002) mendefinisikan e-learning sebagai kegiatan belajar asynchronous melalui perangkat elektronik komputer yang memperoleh bahan belajar yang sesuai dengan kebutuhannya. Atau e-learning didefinisikan sebagai berikut : e-Learning is a generic term for all technologically supported learning using an array of teaching and learning tools as phone bridging, audio and videotapes, teleconferencing, satellite transmissions, and the more recognized web-based training or computer aided instruction also commonly referred to as online courses (Soekartawi, Haryono dan Librero, 2002).
Rosenberg (2001) menekankan bahwa e-learning merujuk pada penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Hal ini senada dengan Cambell (2002), Kamarga (2002) yang intinya menekankan penggunaan internet dalam pendidikan sebagai hakekat e-learning. Bahkan Onno W. Purbo (2002) menjelaskan bahwa istilah “e” atau singkatan dari elektronik dalam e-learning digunakan sebagai istilah untuk segala teknologi yang digunakan untuk mendukung usaha-usaha pengajaran lewat teknologi elektronik internet.
Internet, Intranet, satelit, tape audio/video, TV interaktif dan CD-ROM adalah sebahagian dari media elektronik yang digunakan Pengajaran boleh disampaikan secara ‘synchronously’ (pada waktu yang sama) ataupun ‘asynchronously’ (pada waktu yang berbeda). Materi pengajaran dan pembelajaran yang disampaikan melalui media ini mempunyai teks, grafik, animasi, simulasi, audio dan video. Ia juga harus menyediakan kemudahan untuk ‘discussion group’ dengan bantuan profesional dalai bidangnya.
Perbedaan Pembelajaran Tradisional dengan e-learning yaitu kelas ‘tradisional’, guru dianggap sebagai orang yang serba tahu dan ditugaskan untuk menyalurkan ilmu pengetahuan kepada pelajarnya. Sedangkan di dalam pembelajaran ‘e-learning’ fokus utamanya adalah pelajar. Pelajar mandiri pada waktu tertentu dan bertanggung-jawab untuk pembelajarannya. Suasana pembelajaran ‘e-learning’ akan ‘memaksa’ pelajar memainkan peranan yang lebih aktif dalam pembelajarannya.Pelajar membuat perancangan dan mencari materi dengan usaha, dan inisiatif sendiri.
Khoe Yao Tung (2000) mengatakan bahwa setelah kehadiran guru dalam arti sebenarnya, internet akan menjadi suplemen dan komplemen dalam menjadikan wakil guru yang mewakili sumber belajar yang penting di dunia. Cisco (2001) menjelaskan filosofis e-learning sebagai berikut. Pertama, elearning merupakan penyampaian informasi, komunikasi, pendidikan, pelatihan secara on-line. Kedua, e-learning menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai belajar secara konvensional (model belajar konvensional, kajian terhadap buku teks, CD-ROM, dan pelatihan berbasis komputer) sehingga dapat menjawab tantangan perkembangan globalisasi. Ketiga, e-learning tidak berarti menggantikan model belajar konvensional di dalam kelas, tetapi memperkuat model
belajar tersebut melalui pengayaan content dan pengembangan teknologi pendidikan. Keempat, Kapasitas siswa amat bervariasi tergantung pada bentuk isi dan cara penyampaiannya. Makin baik keselarasan antar conten dan alat penyampai dengan gaya belajar, maka akan lebih baik kapasitas siswa yang pada gilirannya akan memberi hasil yang lebih baik. Sedangkan Karakteristik e-learning, antara lain. Pertama, Memanfaatkan jasa teknologi elektronik; di mana guru dan siswa, siswa dan sesama siswa atau guru dan sesama guru dapat berkomunikasi dengan relatif mudah dengan tanpa dibatasi oleh hal-hal yang protokoler. Kedua, Memanfaatkan keunggulan komputer (digital media dan computer networks). Ketga, Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self learning materials) disimpan di komputer sehingga dapat diakses oleh guru dan siswa kapan saja dan di mana saja bila yang bersangkutan memerlukannya. Keempat, Memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar dan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat di komputer.
Untuk dapat menghasilkan e-learning yang menarik dan diminati, Onno W. Purbo (2002) mensyaratkan tiga hal yang wajib dipenuhi dalam merancang elearning, yaitu : sederhana, personal, dan cepat. Sistem yang sederhana akan memudahkan peserta didik dalam memanfaatkan teknologi dan menu yang ada, dengan kemudahan pada panel yang disediakan, akan mengurangi pengenalan system e-learning itu sendiri, sehingga waktu belajar peserta dapat diefisienkan untuk proses belajar itu sendiri dan bukan pada belajar menggunakan sistem e-learning-nya. Syarat personal berarti pengajar dapat berinteraksi dengan baik seperti layaknya seorang guru yang berkomunikasi dengan murid di depan kelas. Dengan pendekatan dan interaksi yang lebih personal, peserta didik diperhatikan kemajuannya, serta dibantu segala persoalan yang dihadapinya. Hal ini akan membuat peserta didik betah berlama-lama di depan layar komputernya. Kemudian layanan ini ditunjang dengan kecepatan, respon yang cepat terhadap keluhan dan kebutuhan peserta didik lainnya. Dengan demikian perbaikan pembelajaran dapat dilakukan secepat mungkin oleh pengajar atau pengelola.


Sumber : Asep H.S.Pdf

Kamis, 20 Desember 2012

Artikel - Pedoman Penjamin Mutu E-learning

PENJAMIN MUTU E-LEARNING


Setelah kebijakan e-learning telah dikeluarkan, maka proses pembelajaran melalui model ini sudah banyak diterapkan dibeberapa perguruan tinggi. Untuk seperti apa pembelajran e-learning yang baik dan bermutu, maka dibentuk standar pembelajaran e-learning. Agar para pendidik dapat mengukur seberapa layak dan bermutu model pembelajaran e-learning yang sudah dijalankan. Standar Penjaminan mutu e-learning diantaranya :
Standar mutu penyelenggaraan e-Learning mencakup mutu pembelajaran berbasis e-Learning dan mutu manajemen yang dapat dirangkum dalam tabel berikut:

Komponen

Standar Mutu

Indikator

Perencanaan

1. Kuliah yang dilaksanakan harus mendapat persetujuan/disahkan Fakultas/Universitas
2. Dosen & mahasiswa harus memiliki akses terhadap intranet dan internet
3. Dosen harus memiliki akses terhadap fasilitas pengembangan pengajaran berbasis e-Learning
4. Tersedia Buku Rancangan Pengajaran (BPR) dan Buku Pedoman Kerja Mahasiswa (BPKM) dan atau program mapping serta analisis kompetensi
5. Tersedia akses terhadap fasilitas pelatihan penyelenggaraan e-Learning

Dokumen rancangan perkuliahan yang telah memperoleh persetujuan Fakultas/Universitas
Tersedianya akses terhadap intranet atau internet dengan
• mudah
• biaya terjangkau
• kecepatan memadai
Tersedianya akses dan fasilitas yang memadai untuk pengembangan pembelajaran e-Learning
Tersedianya BRP, BPKM dan program map dan analisis kompetensi yang dapat diakses oleh mahasiswa
• Tersedianya akses dan fasilitas pelatihan penyelenggaraan e-Learning
• Tersedianya akses dan fasilitas pendukung teknis dan administrasi untuk penyelenggaraan pembelajaran e-Learning
Perancangan dan Pembuatan Materi

1. Materi harus sesuai dengan kurikulum dan media elektronik yang tersedia
2. Materi disiapkan oleh pakar di bidang ilmu terkait
Dokumen rancangan perkuliahan yang telah memperoleh persetujuan Fakultas/Universitas
Tersedianya akses terhadap intranet atau internet dengan
• mudah
• biaya terjangkau
• kecepatan memadai
Tersedianya akses dan fasilitas yang memadai untuk pengembangan pembelajaran e-Learning
Tersedianya BRP, BPKM dan program map dan analisis kompetensi yang dapat diakses oleh mahasiswa
• Tersedianya akses dan fasilitas pelatihan penyelenggaraan e-Learning
• Tersedianya akses dan fasilitas pendukung teknis dan administrasi untuk penyelenggaraan pembelajaran e-Learning

Kesesuaian antara materi dan kurikulum
Dokumen materi telah memperoleh persetujuan pakar di bidang ilmu terkait
Kesesuaian antara perancangan dan pembuatan materi dengan karakteristik pembelajaran e-Learning
Ketersediaan materi yang dapat diakses oleh mahasiswa tanpa terikat waktu dan tempat
Kesesuaian dari proses penyelenggaraan e-Learning dengan kode etik, peraturan dan perundangan yang berlaku
Penyampaian
1. Minimum materi tersedia dalam presentasi elektronik (misalnya powerpoint)
2. Penyampaian materi harus sesuai dengan program mapping yang telah ditentukan
3. Materi harus menarik dari segi isi dan layout, terkini, serta bebas dari kesalahan
4. Harus tersedia fasilitas tatap muka
5. Harus tersedia fasilitas pendukung yang memudahkan mahasiswa melakukan akses bagian-bagian materi, misalnya navigasi dalam presentasi elektronik
Keragaman dan macam bentuk presentasi elektronik yang digunakan dalam e-Learning
Kesesuaian antara cara atau metode penyampaian materi dengan program mapping yang telah ditentukan
• Materi yang tersedia dapat dan mudah diperbaharui serta up to date
• Materi yang ditampilkan menarik, mudah dipahami dan bebas kesalahan
Tingkat ketersediaan fasilitas tatap muka
• Pemantauan terhadap akses mahasiswa
• Mematuhi kode etik, peraturan, perundangan dan copyright
Interaksi
1. Pembelajaran dirancang untuk menjamin terjadi interaksi antara mahasiswa, dosen-mahasiswa dan mahasiswa-materi
2. Interaksi harus dapat dilakukan baik secara synchronous maupun asynchronous
Tersedian rancangan interaksi antara mahasiswa dan mahasiswa, mahasiswa dan dosen, serta mahasiswa dengan materi pembelajaran
Terjadi interaksi dengan baik secara synchrounous maupun asynchronous
Evaluasi
1. Harus ada evaluasi terhadap
• dosen,
• mahasiswa,
• isi (tugas, kuis, UTS,UAS)
• proses (keaktifan, peer assessment)
• penyelenggara (peraturan, tatacara proses registrasi)
• pelaksanaan (dukungan fasilitas an teknis selama penyelenggaraan e-Learning)
• Materi (kesesuain dengan silabus,
• kemudahan dipahami, kemudahan akses)
2. Harus ada mekanisme identifikasi fisik peserta ujian/kuis
3. Penilaian harus tercatat dalam sistem informasi akademik yang berlaku di UI
4. Perlu dibahas juga evaluasi hasil belajar mahasiswa (lihat penjelasan sebelumnya tentang evaluasi).
• Dilakukan evaluasi terhadap dosen melalui instrumen e-Learning
• Dilakukan evaluasi terhadap mahasiswa: Kuis, tugas, UTS, UAS serta keaktifan dalam proses pembelajaran
• Dilakukan evaluasi terhadap penyelenggara:
- ketersediaan peraturan
- tatacara registrasi
• Dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan:
proses e-Learning berjalan lancar
• Dilakukan evaluasi terhadap materi:
kekinian, kesesuaian dengan silabus, mudah dipahami
Semua data tercatat dalam sistem informasi akademik di UI



PENJAMINAN MUTU E-LEARNING
A. Mekanisme Manajemen Mutu Akademik
Penjaminan mutu e-Learning adalah segala upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan mutu e-Learning yang dilakukan oleh institusi pendidikan secara terus menerus dan berkesinambungan. Manajemen mutu akademik untuk pelaksanaan e-Learning terdiri dari 3 tahap berikut
1. Perencanaan
Perencanaan e-Learning adalah bagian dari perencanaan strategis dan terintegrasi dengan pengembangan institusi. Dalam perencanaan pembelajaran e-Learning, pelaksana harus memenuhi kriteria seperti yang tercantum dalam standard mutu e-Learning.
2. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan e-Learning selain harus mengacu pada standar mutu dalam tahapan penyampaian materi dan interaksi, juga harus memperhatikan karakteristik pelaksanaan e-Learning.
3. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi harus dilakukan sebagai bentuk penilaian atas berbagai komponen yang ada di dalam e-Learning. Evaluasi tersebut dimanfaatkan untuk meningkatkan komponen dan manajemen mutu e-Learning. Evaluasi terhadap pelaksanaan pembelajaran e-Learning merupakan salah satu kunci penjaminan mutu institusi penyelenggara. Adapun, kriteria evaluasi pelaksanaan disesuaikan dengan kriteria standar mutu e-Learning yang telah dibuat oleh penyelenggara dan dalam pelaksanaan dilakukan monitoring evaluasi internal.
Evaluasi terhadap penyelenggara e-Learning menjadi kewajiban institusi (Departemen, Fakultas, dan Universitas), agar proses pembelajaran dapat terselenggara dengan baik dan bermutu. Kriteria evaluasi terhadap penyelenggara antara lain kompetensi, kinerja, kerjasama, ketersediaan peraturan dan tatacara registrasi.
Evaluasi terhadap materi oleh Peer Group, menjadi salah satu indikator terhadap mutu institusi. Materi harus dievaluasi terkait dengan perkembangan ilmu dan pengetahuan, kekinian, dan kesesuaian dengan tingkat pengetahuan mahasiswa yang seharusnya, kesesuaian dengan silabus, serta kemudahan dalam memahaminya.  Semua data evaluasi harus tercatat dalam sistem informasi Akademik yang berlaku di UI.



Sumber : Afi safitri S., dkk. Pedoman Penjaminan Mutu E-Learning UI.Pdf