DESAIN
DAN MODEL PEMBELAJARAN E-LEARNING
A.
Desain
dan Pengembangan Online Learning
Nada
Dabbagh (2005) mendefinisikan belajar online (online learning)
sebagai suatu lingkungan pembelajaran yang bersifat terbuka dan terdistribusi
yang menggunakan perangkat (tools) pedagogik, yang dimungkinkan dengan
penggunaan teknologi web dan internet, untuk memfasilitasi proses belajar dan
konstruksi pengetahuan melalui aksi dan interaksi yang bermakna. Online
learning sebagai suatu mode penyampaian informasi harus bisa mensinergikan
ketiga komponen utama yaitu strategi pembelajaran, teknologi belajar dan model
pedagogis. Ketiganya harus disusun dalam kerangka yang integratif dengan tetap
memperhatikan konteks sosial dan kultural.
Untuk
mendapatkan hasil yang optimal, pengembangan program pembelajaran, termasuk
yang bersifat online, harus menerapkan strategi pembelajaran yang tepat dan
bersifat menyeluruh, karena memiliki karakteristik lingkungan belajar yang
khas, sudah tentu menyebabkan proses pembelajaran secara online membutuhkan
teknik dan strategi pembelajaran tersendiri yang berbeda dengan strategi
pembelajaran konvensional. Meskipun
pembelajaran online menjanjikan sejumlah keuntungan, tentunya hal
tersebut tidak datang dengan sendirinya, melainkan harus melalui proses desain
dan strategi implementasi yang tepat.
Bonk dan Reynolds (1997), sebagaimana dikutip
oleh Mohammed Ally (2004), mengatakan bahwa untuk mendukung pembelajaran jenis
pemikiran tingkat tinggi (high order thinking) melalui web, pembelajaran
online harus menyediakan berbagai aktifitas menantang yang memungkinkan
pemelajar (learner) mengaitkan informasi baru dan lama, menangkap
pengetahuan bermakna, dan menggunakan kemampuan metakognitifnya.
Di
sini strategi instruksional, dan bukan sekedar teknologi, memegang peranan
penting dalam mempengaruhi kualitas belajar. Lucio Paul Siragosa (2005) dalam
disertasi doktoralnya yang berjudul “Identification of Effective
Instructional Design Principles and Learning Strategies for Students Studying
in Web-based Learning Environment in Higher Education”, mengidentifikasi
tujuh area fokus menentukan yang berpengaruh langsung dalam merancang
lingkungan belajar online yang efektif. Ketujuh area kunci tersebut
adalah:
1) struktur, 2) konten,
3) motivasi, 4) umpan balik/bantuan, 5) interaksi, 6) strategi belajar, dan 7)
peran pembelajar (instruktur). Selanjutnya, Siragosa mengutip beberapa
strategi pembelajaran yang perlu dipertimbangkan untuk diterapkan dalam
pengembangan program pembelajaran online, yaitu: Interaksi (interaction),
kolaborasi (collaboration), konstruktivisme (contructivism), eksplorasi,
proyek online (online project), belajar berbasis masalah dan
studi kasus, belajar dengan pengaturan sendiri, mempertanyakan dan diskusi, simulasi
(simulation), serta
penilaian (assessment).
Nada
Dabbagh (2005), membagi model-model pedagogik, berdasarkan karakteristik pembelajaran
yang dimilikinya, menjadi tiga kategori, yaitu: ekploratoris (exploratory), dialogis (dialogic), dan
integratif (integrational). Perlu kita ingat bawa pedagogik merupakan ilmu atau seni dalam menjadi seorang guru, istilah ini merujuk pada penggunaan strategi pembelajaran
yang tepat. Lingkungan belajar eksploratoris adalah lingkungan belajar yang
dikembangkan dengan konsep dan teori belajar diskoveri (discovery learning)
atau belajar berbasis inkuiri (inquiry-based learning). Lingkungan
belajar dialogis adalah lingkungan belajar yang menekankan interaksi sosial
melalui dialog dan percakapan. Jadi, lingkungan ini bermaksud membangun
pengetahuan baru melalui dialog sebagai sebuah bentuk interaksi. Lingkungan
belajar integratif adalah lingkungan belajar yang berlandaskan pada kemampuan
dan kapabilitas yang dimiliki oleh teknologi pembuat konten (authoring
tools) berbasis web yang ada saat ini.
B.
Model
Pengembangan Online Learning ILDF
Menurut
Nada Dabbagh (2005), model ILDF (Integratif
Learning Design Framework ) ini dapat digunakan pada berbagai konteks
pembelajaran online, termasuk pengembangan e-course untuk
perguruan tinggi, pelatihan di perusahaan (corporate training),
komunitas belajar online, ataupun sistem pendukung kinerja elektronis (electronic
performance support system). Secara umum, model ILDF ini terdiri dari tiga
fase pengembangan atau tiga tahapan, yaitu: fase eksplorasi (exploration),
realisasi (enactment), dan evaluasi (evaluation). Namun ada juga
yang menambahkan satu tahapan lagi yaitu refleksi.
ILDF
lebih pada aliran konstruktivis berbasis desain instruksional model yang
menawarkan suatu proses sistematis dalam pengembangan pembelajaran online. Mempertimbangkan pandangan dan
masukan dari semua pihak yang terkait dengan proses pembelajaran tersebut mulai
dari proses mendesain atau merancang, pengembangan dan implementasi. Produk
akhir berdasarkan kebutuhan dan perspektif siswa atau peran semua pihak yang
terkait termasuk pengalaman dan epistemologi si pengembang atau desainer.
Model ini
termasuk inovasi dalam desain pembelajaran yang khusus dikembangkan untuk
proses belajar masa depan dengan belajar berbasis jaringan, yaitu online-learning atau web-based learning yang mengoptimalkan
pemanfaatan teknologi telekomunikasi.
Berikut skema model ILDF Dabbagh & Bannan-Ritland :
Dari
skema model ILDF diatas diketahui bahwa konteks sosial budaya dimasukan dalam
salah satu aspek strategi di dalam pengembangan online learning, hal ini
menunjukkan bahwa model ILDF sangat mengapresiasi lingkungan belajar yang
bersifat heterogen.
Manfaat
model ILDF, yaitu :
1.
Bisa diterapkan untuk penggunaan media
digital dan telekomunikasi.
2.
Menjangkau karakteristik peserta didik
lebih rinci dibandingkan dengan model-model desain pembelajaran lainnya.
3.
Jika diterapkan secara murni maka sistem
penyampaian atau penyajian materi, menjadi lebih menarik.
4.
Menerapkan seluruh komponen disain
pembelajaran berbasis KBM lebih jelas.
5.
Untuk penerapan di Indonesia sangat
berguna karena telah mencantumkan aspek sosial-budaya yang terinci untuk dijadikan
masukan dalam model pembelajaran.
Keterbatasan
model ILDF ini adalah :
1.
Karena relatif baru dan ditujukan untuk
online learning, maka tidak semua
pengajar menyadari adanya model ini.
2.
Penyediaan infrastruktur (ICT) dan
perangkat keras relatif masih mahal dan belum terjangkau oleh semua lembaga
atau organisasi pendidikan di Indonesia.
C.
Tahapan
dan Kegiatan dalam
ILDF
Tahapan Eksplorasi
Menyelidiki
konteks di mana kegiatan pembelajaran online akan dirancang dan
diimplementasikan yang terdiri dari menganalisis :
1.
Kebutuhan guru dan peserta didik
2.
Kesulitan saat mengajar dan belajar
3.
Teori dan strategi instruksional yang
digunakan (mengidentifikasi masalah atau
kesenjangan yang ada)
4.
Faktor sosial, budaya dan organisasi
yang dapat menjadi kendala dalam desain, pengembangan dan implementasi proses
pembelajaran
5.
Kepercayaan, sikap, bias, pengalaman,
asumsi, dan filsafat pendidikan perancang pembelajaran tersebut
6.
Literatur review yang tersedia, model
pedagogis serta strategi instruksional yang mendukung
Tahapan Enachment :
1.
Semua informasi yang dikumpulkan dalam
tahap eksplorasi sebaiknya ditindaklanjuti
2.
Pemilihan alat (ICT) yang baik akan
mengatasi kesulitan mengajar dan belajar,
3.
Desain prototipe pembelajaran
Tahapan Evaluasi
1.
Menilai apakah prototipe yang dirancang mudah
digunakan oleh pemakai, dan apakah mampu serta relevan untuk mengatasi masalah dalam
kegiatan belajar mengajar
2.
Penilaian formatif dalam tahap
pengembangan prototipe pembelajaran untuk menilai kekuatan dan kelemahan dari
prototipe yang hasilnya digunakan untuk merevisi / menyempurnakan prototipe (untuk
meningkatkan efektivitas dan daya tarik), terdiri dari :
a.
Penilaian dari ahli
b.
Penilaian dari setiap pemakai
c.
Penilaian dari kelompok kecil siswa
d.
Sumatif
dilakukan setelah implementasi prototipe tersebut untuk mengukur dampak
dari prototipe pada proses pembelajaran
Tahapan Reflection
1.
Berpikir kritis dari pengalaman yang
diperoleh di keseluruhan proses mendesain prototipe pembelajaran, terdiri dari
:
a. Desain
model
b. Pelajaran
c. Kemungkinan aplikasi dari prototipe
pembelajaran
2. Semua
yang dipelajari dan diperoleh dari keseluruhan proses dapat digunakan untuk
mendesain ulang pembelajaran yang lebih baik
(Dabbagh and Bannan-Ritland , 2005)
DAFTAR
PUSTAKA
Ally,
Mohammed. Foundation of Educational Theory for Online Learning dalam “Theori
and Practice of Online Learning”, Editors: Terry Anderson and Fathi Elloumi, 2004
Athabasca University
Botha,
Jean at. al. (2005). “Towards Appropriate Methodologies to Research
Interactive
Learning:
Using a Design Experiment to Assess a Learning Programme for Complex Thinking” dalam
International Journal of Education and Development using Information and
Communication Technology (IJEDICT), Vol.1 Issue 2
Dabbagh,
Nada. (2005). Online Learning: Concepts, Strategies, and Application.
New Jersey: Pearson Education Inc.
Nizamia
Volume 12, Nomor 1 Tahun 2009 Model-model
pengembangan E-learning dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan
Muhammad
Amin Bakri, Pengembangan Program Pembelajaran Online Berbasis LMS untuk Keterampilan Pemecahan Masalah Di Pt. Indosat Tbk (Jurnal)
Diakses pada 7 Oktober 2012
0 komentar:
Posting Komentar