Kamis, 20 Desember 2012

Desain dan odel Pembelajaran E-Learning

DESAIN DAN MODEL PEMBELAJARAN E-LEARNING

A.    Desain dan Pengembangan Online Learning
Nada Dabbagh (2005) mendefinisikan belajar online (online learning) sebagai suatu lingkungan pembelajaran yang bersifat terbuka dan terdistribusi yang menggunakan perangkat (tools) pedagogik, yang dimungkinkan dengan penggunaan teknologi web dan internet, untuk memfasilitasi proses belajar dan konstruksi pengetahuan melalui aksi dan interaksi yang bermakna. Online learning sebagai suatu mode penyampaian informasi harus bisa mensinergikan ketiga komponen utama yaitu strategi pembelajaran, teknologi belajar dan model pedagogis. Ketiganya harus disusun dalam kerangka yang integratif dengan tetap memperhatikan konteks sosial dan kultural.
Untuk mendapatkan hasil yang optimal, pengembangan program pembelajaran, termasuk yang bersifat online, harus menerapkan strategi pembelajaran yang tepat dan bersifat menyeluruh, karena memiliki karakteristik lingkungan belajar yang khas, sudah tentu menyebabkan proses pembelajaran secara online membutuhkan teknik dan strategi pembelajaran tersendiri yang berbeda dengan strategi pembelajaran konvensional. Meskipun pembelajaran online menjanjikan sejumlah keuntungan, tentunya hal tersebut tidak datang dengan sendirinya, melainkan harus melalui proses desain dan strategi implementasi yang tepat.
 Bonk dan Reynolds (1997), sebagaimana dikutip oleh Mohammed Ally (2004), mengatakan bahwa untuk mendukung pembelajaran jenis pemikiran tingkat tinggi (high order thinking) melalui web, pembelajaran online harus menyediakan berbagai aktifitas menantang yang memungkinkan pemelajar (learner) mengaitkan informasi baru dan lama, menangkap pengetahuan bermakna, dan menggunakan kemampuan metakognitifnya.
Di sini strategi instruksional, dan bukan sekedar teknologi, memegang peranan penting dalam mempengaruhi kualitas belajar. Lucio Paul Siragosa (2005) dalam disertasi doktoralnya yang berjudul “Identification of Effective Instructional Design Principles and Learning Strategies for Students Studying in Web-based Learning Environment in Higher Education”, mengidentifikasi tujuh area fokus menentukan yang berpengaruh langsung dalam merancang lingkungan belajar online yang efektif. Ketujuh area kunci tersebut adalah:
1) struktur, 2) konten, 3) motivasi, 4) umpan balik/bantuan, 5) interaksi, 6) strategi belajar, dan 7) peran pembelajar (instruktur). Selanjutnya, Siragosa mengutip beberapa strategi pembelajaran yang perlu dipertimbangkan untuk diterapkan dalam pengembangan program pembelajaran online, yaitu: Interaksi (interaction), kolaborasi (collaboration), konstruktivisme (contructivism), eksplorasi, proyek online (online project), belajar berbasis masalah dan studi kasus, belajar dengan pengaturan sendiri, mempertanyakan dan diskusi, simulasi (simulation), serta penilaian (assessment).
Nada Dabbagh (2005), membagi model-model pedagogik, berdasarkan karakteristik pembelajaran yang dimilikinya, menjadi tiga kategori, yaitu: ekploratoris (exploratory), dialogis (dialogic), dan integratif (integrational). Perlu kita ingat bawa pedagogik merupakan ilmu atau seni dalam menjadi seorang guru, istilah ini merujuk pada penggunaan strategi pembelajaran yang tepat. Lingkungan belajar eksploratoris adalah lingkungan belajar yang dikembangkan dengan konsep dan teori belajar diskoveri (discovery learning) atau belajar berbasis inkuiri (inquiry-based learning). Lingkungan belajar dialogis adalah lingkungan belajar yang menekankan interaksi sosial melalui dialog dan percakapan. Jadi, lingkungan ini bermaksud membangun pengetahuan baru melalui dialog sebagai sebuah bentuk interaksi. Lingkungan belajar integratif adalah lingkungan belajar yang berlandaskan pada kemampuan dan kapabilitas yang dimiliki oleh teknologi pembuat konten (authoring tools) berbasis web yang ada saat ini.

B.     Model Pengembangan Online Learning  ILDF
Menurut Nada Dabbagh (2005), model ILDF (Integratif Learning Design Framework ) ini dapat digunakan pada berbagai konteks pembelajaran online, termasuk pengembangan e-course untuk perguruan tinggi, pelatihan di perusahaan (corporate training), komunitas belajar online, ataupun sistem pendukung kinerja elektronis (electronic performance support system). Secara umum, model ILDF ini terdiri dari tiga fase pengembangan atau tiga tahapan, yaitu: fase eksplorasi (exploration), realisasi (enactment), dan evaluasi (evaluation). Namun ada juga yang menambahkan satu tahapan lagi yaitu refleksi.
ILDF lebih pada aliran konstruktivis berbasis desain instruksional model yang menawarkan suatu proses sistematis dalam pengembangan pembelajaran online. Mempertimbangkan pandangan dan masukan dari semua pihak yang terkait dengan proses pembelajaran tersebut mulai dari proses mendesain atau merancang, pengembangan dan implementasi. Produk akhir berdasarkan kebutuhan dan perspektif siswa atau peran semua pihak yang terkait termasuk pengalaman dan epistemologi si pengembang atau desainer.
Model ini termasuk inovasi dalam desain pembelajaran yang khusus dikembangkan untuk proses belajar masa depan dengan belajar berbasis jaringan, yaitu online-learning atau web-based learning yang mengoptimalkan pemanfaatan teknologi telekomunikasi. Berikut skema model ILDF Dabbagh & Bannan-Ritland :
Circular Arrow: EnachmentCircular Arrow: Explorating
 














Dari skema model ILDF diatas diketahui bahwa konteks sosial budaya dimasukan dalam salah satu aspek strategi di dalam pengembangan online learning, hal ini menunjukkan bahwa model ILDF sangat mengapresiasi lingkungan belajar yang bersifat heterogen.
Manfaat model ILDF, yaitu :
1.        Bisa diterapkan untuk penggunaan media digital dan telekomunikasi.
2.        Menjangkau karakteristik peserta didik lebih rinci dibandingkan dengan model-model desain pembelajaran lainnya.
3.        Jika diterapkan secara murni maka sistem penyampaian atau penyajian materi, menjadi lebih menarik.
4.        Menerapkan seluruh komponen disain pembelajaran berbasis KBM lebih jelas.
5.        Untuk penerapan di Indonesia sangat berguna karena telah mencantumkan aspek sosial-budaya yang terinci untuk dijadikan masukan dalam model pembelajaran.

Keterbatasan model ILDF ini adalah :
1.        Karena relatif baru dan ditujukan untuk online learning, maka tidak semua pengajar menyadari adanya model ini.
2.        Penyediaan infrastruktur (ICT) dan perangkat keras relatif masih mahal dan belum terjangkau oleh semua lembaga atau organisasi pendidikan di Indonesia.

C. Tahapan dan  Kegiatan dalam ILDF






Tahapan Eksplorasi
Menyelidiki konteks di mana kegiatan pembelajaran online akan dirancang dan diimplementasikan yang terdiri dari menganalisis :
1.         Kebutuhan guru dan peserta didik
2.         Kesulitan saat mengajar dan belajar
3.         Teori dan strategi instruksional yang digunakan (mengidentifikasi masalah  atau kesenjangan yang ada)
4.         Faktor sosial, budaya dan organisasi yang dapat menjadi kendala dalam desain, pengembangan dan implementasi proses pembelajaran
5.         Kepercayaan, sikap, bias, pengalaman, asumsi, dan filsafat pendidikan perancang pembelajaran tersebut
6.         Literatur review yang tersedia, model pedagogis serta strategi instruksional yang mendukung
Tahapan Enachment :
1.         Semua informasi yang dikumpulkan dalam tahap eksplorasi sebaiknya ditindaklanjuti
2.         Pemilihan alat (ICT) yang baik akan mengatasi kesulitan mengajar dan belajar,
3.         Desain prototipe pembelajaran
Tahapan Evaluasi
1.         Menilai apakah prototipe yang dirancang mudah digunakan oleh pemakai, dan apakah mampu serta relevan untuk mengatasi masalah dalam kegiatan belajar mengajar
2.         Penilaian formatif dalam tahap pengembangan prototipe pembelajaran untuk menilai kekuatan dan kelemahan dari prototipe yang hasilnya digunakan untuk merevisi / menyempurnakan prototipe (untuk meningkatkan efektivitas dan daya tarik), terdiri dari :
a.         Penilaian dari ahli
b.        Penilaian dari setiap pemakai
c.         Penilaian dari kelompok kecil siswa
d.        Sumatif  dilakukan setelah implementasi prototipe tersebut untuk mengukur dampak dari prototipe pada proses pembelajaran
Tahapan Reflection
1.      Berpikir kritis dari pengalaman yang diperoleh di keseluruhan proses mendesain prototipe pembelajaran, terdiri dari : 
a.     Desain model
b.    Pelajaran
c.     Kemungkinan aplikasi dari prototipe pembelajaran
2.      Semua yang dipelajari dan diperoleh dari keseluruhan proses dapat digunakan untuk mendesain ulang pembelajaran yang lebih baik
 (Dabbagh and Bannan-Ritland , 2005)

DAFTAR PUSTAKA
Ally, Mohammed. Foundation of Educational Theory for Online Learning dalam “Theori and Practice of Online Learning”, Editors: Terry Anderson and Fathi Elloumi, 2004 Athabasca University

Botha, Jean at. al. (2005). “Towards Appropriate Methodologies to Research Interactive
Learning: Using a Design Experiment to Assess a Learning Programme for Complex Thinking” dalam International Journal of Education and Development using Information and Communication Technology (IJEDICT), Vol.1 Issue 2

Dabbagh, Nada. (2005). Online Learning: Concepts, Strategies, and Application. New Jersey: Pearson Education Inc.

Nizamia Volume 12, Nomor 1 Tahun 2009 Model-model pengembangan E-learning dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan

Muhammad Amin Bakri, Pengembangan Program Pembelajaran Online Berbasis LMS untuk Keterampilan Pemecahan Masalah Di Pt. Indosat Tbk (Jurnal)
Diakses pada 7 Oktober 2012

0 komentar:

Posting Komentar