Sabtu, 29 Desember 2012

Materi - MODEL BELAJAR PEDAGOGI KONSTRUKTIVISTIK


MODEL BELAJAR PEDAGOGI KONSTRUKTIVISTIK


A.    Latar Belakang Masalah
Seiring dengan kemajuan zaman, teknologi pun semakin berkembang pesat, begitu juga dengan model pembelajaran. Dengan adanya perkembangan teknologi yang semakin memudahkan manusia dalam kehidupan sehari-hari, model pembelajaran juga tak luput dari manusia untuk semakin dimudahkan. Hal ini yang melatarbelakangi munculnya E-Learning.
Dalam pengembangan E-Learning, terdapat model-model pembelajaran yang digunakan, salah satunya yaitu model belajar pedagogi konstruktivistik. Pedagogi sendiri adalah seni mengajar. Konstruktivistik sendiri berarti membangun, jadi dapat diartikan bahwa pedagogi konstruktivistik adalah bagaimana cara pengajaran melalui E-Learning yang sifatnya membangun keaktifan dan intelejensi peserta didik. Untuk lebih jelasnya akan di bahas pada makalah kami.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah definisi e-learning dan model belajar pedagogi konstruktivistik?
2.      Apa sajakah macam-macam model pembelajaran pedagogi konstruktivistik?
3.      Bagaimanakah implikasi model pembelajaran pedagogi konstruktivistik pada e-learning?


A.    Definisi E-learning dan Model Pembelajaran Pedagogi Konstruktivistik
1.      E-learning
Perkembangan teknologi informasi saat ini (internet) mengarahkan sejarah teknologi pendidikan pada alur yang baru. Layanan online dalam pendidikan pada dasarnya adalah memberikan pelayanan pendidikan bagi pengguna (peserta didik) dengan menggunakan internet sebagai media. Layanan online ini dapat terdiri atas berbagai tahapan dari proses program pendidikan, seperti pendaftaran, tes masuk, pembayaran, perkuliahan, penugasan kasus, pembahasan kasus, ujian, penilaian, diskusi, pengumuman, dan lain-lain. Pendidikan jarak jauh dapat memanfaatkan teknologi internet secara maksimal sehingga memberikan efektifitas dalam hal waktu, tempat, bahkan meingkatkan kualitas pendidikan.
Kemudian pembelajaran secara online tersebut disebut juga dengan istilah e-learning. Berdasarkan penyusun katanya, e-learning dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu ‘e’ yang berarti electronica dan ‘learning’ yang berarti pembelajaran. Jadi dapat diuraikan di sini bahwa e-learning adalah sebuah sistem pembelajaran yang proses didalamnya menggunakan alat bantu elektronika. Hal ini mengisyaratkan kepada kita bahwa apa yang selama ini disebut e-learning sejatinya tidak hanya mengenai belajar lewat internet saja, tetapi lebih jauh, sistem ini menghendaki sebuah perpaduan yang kompak antara proses pembelajaran dalam arti sosial dan hubungannya dengan alat bantu elektronika secara teknis
Selain itu definisi awal untuk e-learning adalah dari ASTD (American Society for Training & Development) yang mendifinisikannya sebagai serangkaian luas aplikasi dan proses, misalnya web based learning (pembelajaran berbasis web), computer-based learning (pembelajaran berbasis computer), virtual class room (ruang kelas maya), dan digital collaboration (kolaborasi digital). ASTD bahkan juga memasukkan pengiriman konten melalui audio dan video, siaran satelit, TV interaktif, dan CD ROOM.
Definisi-definisi lainnya ada yang membatasi e-learning hanya terkait dengan penggunaan internet, misalnya: E-learning mengacu pada penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang bisa meningkatkan pengetahuan dan  kinerja.
Definisi sederhana, namun komprehensif dihasilkan oleh Open and Distance Learning Quality Council di Inggris raya. Dewan kualitas pembelajaran jarak jauh dan terbuka ini merangkum perbedaan antara isi pembelajaran dan proses pembelajaran. Yaitu e-learning adalah proses pembelajaran efektif yang diciptakan dengan cara menggabungkan konten yang disampaikan  secara digital dengan menggabungkan konten yang disampaikan secara digital dengan jasa dan sarana pendukung pembelajaran.
Definisi lain menurut Darin E, Hartley adalah elearning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan internet, intranet, atau jaringan computer lain.
Dari beberapa definisi elearning di atas, menurut kami elearning ialah suatu pembelajaran dengan menggunakan berbagai perangkat elektronik seperti komputer,video, tv, radio, telephone, hp, buku, dan internet. Dengan tujuan untuk memudahkan peserta didik dalam suatu pembelajaran.
2.      Model Pembelajaran Pedagogi Konstruktivistik
a.      Aspek Pedagogi Dalam E-learning
Pedagogi (pedagogy) merupakan seni atau ilmu mengajar (the art or science of teaching). Dari segi bahasa ada perbedaan antara pedagogi dan andragogi. Pedagogi adalah bagaimana cara mengajar anak-anak, sedangkan andragogi adalah bagaimana cara mengajar orang dewasa.
Gambar 1. Integrasi dari Ketiga Pendekatan Pedagogi.
Teaching-and-learning-l










Menurut Bruner, ada empat model pembelajaran, yaitu: Learning by being shown; Learning by being told; Learning by constructing meaning; dan Learning by joining a knowledge-generating community. Dari keempat model tersebut, Bjorke dkk mengajukan suatu model pendekatan pedagogi yang terpadu yang terdiri dari pendekatan Instructional, Constructivist, dan Social Constructivist. Ketiga pendekatan pedagogi ini diadopsi secara terpadu di dalam sistem e-learning. Pada tabel berikut ini, diperlihatkan keterkaitan antara karakteristik masing-masing pedagogi dengan teknologi sistem e-learning yang digunakan.
Tipe Pedagogi
Karakteristik
Fitur-2 LMS (SCELE)
Content
Metode Delivery
Instructional (facilitated learning)
Berpusat pada pendidik.
Fasilitas untuk menyimpan materi pembelajaran
Teks, gambar, audio, video
-Pertemuan tatap muka (face to face).
-peserta didik sebagai pendengar.
-Kontrol Teaching-Learning pada Dosen.

Murid bergantung pada pendidik
Pertanyaan diposting via e-mail

Murid menjadi penerima pasif
Materi pembelajaran tersedia dalam setiap sesi
Link keberbagai materi pembelajaran
Melihat pengetahuan adalah sesuatu yang statis dan obyektif
Sesi-sesi pembelajaran bisa ditambah sesuai kebutuhan
Desain materi kedalam sillabi
Constructivist (individual learning)
murid yang aktif
Forum diskusi
Materi pemicu (trigger)
-Pertemuan secara elektronis.
-Dosen sebagai fasilitator.
-Feedback dosen sesuai dengan kemajuan pembelajaran peserta didik.
-Kontrol ada pada peserta didik.
Murid membangun pengetahuannya
Menggunakan catatan
Memandu pertanyaan dan jawaban
Subyektif dinamis dan brkembang
Mengacu pada semua sumber belajar
Sumber lain dalam belajar
Memproses dan memahami informasi
Menatur kecepatan
Materi pembelajaran yang bertahap (graph course content)
Murid belajar sendiri
personalisasi
Mengatur pembelajaran yang obyektif (graph assessment)
Social Constructivist (collaborative learning)
Murid juga ikut menghasilkan ilmu
percakapan
Studi kasus
Video conference.

Pertemuan secara elektronis melalui model chat.

Dosen dan tutor sebagai fasilitator.

Dibagi kedalam beberapa kelompok (team work).


Memecahkan masalah
percakapan
Berpacu pada sumber yang berkaitan

Pendidik belajar bersama dengan murid
Video
Berpacu pada suber yang berkaitan

tugas akan memproses dan menaksirkan ilmu untuk membangung pengetahuan yang baru
buletin
Melampirkan kesimpulan, solusi dan evalusi antar kelompk.



b.      Model Pembelajaran Konstruktivistik
Teori tentang pembelajaran yang menganggap pembelajar membangun pengetahuan untuk diri mereka. Setiap pembelajar setiap individual mengonstruksi pemaknaan ketika ia sedang belajar. E-learning sangat diasosiasikan dengan teori konstruktivisme, karena pembelajarannya lebih berpusat ke pembelajar (learner-centered) daripada berpusat ke pengajar.
Ada sejumlah prinsip umum pembelajaran yang berasal dari konstruktivisme dan didukung melalui e-learning:
a.       Pembelajaran adalah proses aktif yang melibatkan pembelajaran dengan ide-ide dan berinteraksi dengan pembelajaran lain untuk membangun makna.
b.      Refleksi terhadap pembelajaran adalah komponen kunci lain teori konstruktivis. Pembelajaran terdiri atas membangun pemaknaan dan membangun sistem pemaknaan.
c.       Pembelajaran melibatkan bahasa dan ekspresi diri. Lingkungan online sangat mendukung fungsi ini.
d.      Pembelajaran adalah kegiatan sosial. Pembelajaran kita berkaitan erat dengan hubungan kita dengan manusia lain, pendidik kita, rekan kerja kita, keluarga kita, hingga kenalan biasa kita.
e.       Pembelajaran adalah kontekstual. Kita belajar dalam hubungan dengan hal-hal lain yang kita ketahui, hal-hal lain yang kita percaya, serta prasangka dan ketakutan kita.
f.       Orang membutuhkan pengetahuan untuk belajar. Tidak mungkin menyerap pengetahuan baru tanpa mempunyai struktur yang dikembangkan dari pengetahuan sebelumnya. Semakin banyak kita mengetahui, semakin banyak kita belajar
g.      Pembelajaran itu tidak seketika. Membutuhkan waktu untuk belajar. Untuk pembelajaran signifikan, kita perlu meninjau kembali ide-ide, merenungkan, menjajal, bermain-main, dan menggunakan ide-ide itu. (Robin Mason & Frank Renni: Hal. 40-41)
Esensi dari konstruktivistik adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki informasi itu menjadi milik mereka sendiri. Dengan dasar ini pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan.
B.     Model - Model Pembelajaran Pedagogi Kontruktivistik
Menurut kami model-model pembelajaran yang  termasuk dalam model pembelajaran pedagogi kontruktivistik adalah sebagai berikut:
1.      Model Pembelajaran Mandiri
Model pembelajaran mandiri yang diterapkan secara penuh memberi kesempatan kepada peserta didik untuk ikut berperan dalam menentukan tujuan, memilih isi pelajaran, dan cara mempelajarinya, bahkan menentukan cara dan criteria evaluasinya. Namun, dalam praktiknya tidak seluruh kemandirian itu diterapkan. Ada 2 model pembelajaran mandiri, yaitu (Rusman, 2011):
a.      Model SAVI
Dave Meier menyajikan suatu sistem lengkap untuk melibatkan kelima indera dan emosi dalam proses belajar yang merupakan cara belajar secara alami yang dikenal dengan model SAVI, yaitu Somatis, Auditory, Visual, dan Intelektual. Somatis artinya belajar dengan bergerak dan berbuat. Auditory, belajar dengan berbicara dan mendengar. Visual, artinya belajar mengamati dan menggambarkan. Intelektual, artinya belajar dengan memecahkan masalah dan menerangkan.
Strategi pendekatan SAVI dilaksanakan dalam empat tahap siklus pembelajaran, yaitu:
a.       Pertama: persiapan. Tujuan tahap persiapan adalah menimbulkan minat para pembelajar, memberi mereka perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang, dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk belajar.
b.      Kedua: penyampaian. Tujuan tahap ini adalah membantu pembelajar menemukan materi belajar yang baru dengan cara yang menarik, menyenangkan, relevan, melibatkan panca indera, dan cocok untuk semua gaya belajar.
c.       Ketiga, pelatihan. Tujuan tahap ini adalah membantu pembelajar mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara.
d.      Keempat, penampilan hasil. Tujuan tahap ini, membantu pembelajar menerapkan dan memperluas pengetahuan atau keterampilan baru mereka pada pekerjaan, sehingga hasil belajar akan melekat dan terus meningkat.
b.      Model MASTER
Rose dan Nicholl memeperkenalkan satu model belajar yang dikenal dengan M-A-S-T-E-R, yaitu para pembelajar mulai menyadari bahwa belajar bukan suatu yang dilakukan untuk pembelajar—hanya pembelajaran yang dapat melakukan. Model ini meliputi: Mind, artinya mendapatkan keadaan pikiran yang benar dengan menjelaskan kepada pembelajar tentang kerja otak dan gaya belajar dengan cara melihat relevansi, memvisualisasikan hasil yang bermutu, memberi peserta didik control diri, menciptakan moto kelas, dan melbatkan orang  tua. Acquire, artinya memperoleh informasi yang terdiri dari gagasan inti. Search out, mencari makna melalui pembimbing mereka, membantu membuka kerangka visual pemikiran mereka, berpikir mendalam dan melibatkan kecerdasan kinestetik dengan cara imajinasiterbimbing, pertanyaan menantang, dan belajar intrapersonal. Trigger, artinya memicu memori. Exhibit, memamerkan apa yang diketahui melalui teknik tantanglah persaingan, penilaian personal, catatan prestasi, dan nilai. Reflect, artinya merefleksikan cara belajar.
Berpijak pada kondisi-kondisi factual di atas, untuk memulai suatu jalan menuju masarakat pembelajaran yang ideal untuk abad ke 21 harus mencakup: (1) komitmen pada belajar, bagaimana belajar, dan menjadi analisis kreatif dan kritis, (2) memberikan perhatian pada pendidikan prasekolah, (3) kekuatan orangtua, (4) menggunakan teknologi, (5) memperbaiki kondisi pengajar, (6) sekolah berbasis otak, (7) melibatkan masyarakat, (8) modernisasi kurikulum, (9) merubah sistem ujian.
c.       Penerapan Model Pembelajaran Mandiri
Menurut kelompok kami, secara umum pembelajaran mandiri ini dapat dilakukan tanpa ada pendidik yang mengawasi, namun tetap ada kegiatan pembelajaran. Dalam belajar mandiri, peserta didik yang belajar secara mandiri mempunyai kebebasan untuk belajar tanpa harus menghadiri pembelajaran yang diberikan pendidik di kelas.  Peserta didik dapat mempelajari pokok materi tertentu dengan berdiskusi, membaca modul atau referensi buku yang sesuai dengan tema pembelajaran yang sudah ditetapkan oleh pendidik, dan mengakses program e-learning tanpa bantuan atau dengan bantuan terbatas dari orang lain.
Hal yang terpenting dalam proses belajar mandiri adalah peningkatan kemampuan dan keterampilan peserta didik dalam proses belajar tanpa bantuan orang lain, sehingga pada akhirnya tidak tergantung pada pendidik atau orang lain dalm belajar. Dalam pembelajaran mandiri, peserta didik harus berusaha untuk memahami isi pelajaran sendiri, mencari sumber informasi sendiri, serta memecahkan kesulitan sendiri. Dalam belajar, peserta didik harus lebih banyak berinisiatif untuk melakukan kegiatan belajar sendiri. Namun belajar mandiri bukan berarti belajar sendiri. Peserta didik boleh belajar dengan teman, pendidik, atau sumber belajar yang lain dalam memecahkan kesulitan yang dihadapinya.
Tugas pendidik dalam proses belajar mandiri ialah menjadi fasilitator, yang menjadi orang yang siap memberikan bantuan kepada peserta didik bila diperlukan. Bentuknya terutama bantuan dalam mennetukan tujuan belajar, memilih bahan dan media belajar, serta memecahkan kesulitan yang tidak dapat dipecahkan peserta didik sendiri.
Teman dalam proses belajar mandiri juga sangat penting. Karena kebanyakan apabila peserta didik mengalami kesulitan lebih mudah dan lebih berani bertanya kepada teman terlebih dahulu. Teman dapat menjadi mitra dalam belajar bersama dan berdiskusi.
2.      Model Pembelajaran Kontekstual/Contextual Teaching and Learning (CTL)
Merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakan
CTL memungkinkan siswa menghubungkan isi mata pelajaran akademik dengan konteks kehidupan sehari-hari untuk menemukan makna. CTL memperluas konteks pribadi siswa lebih lanjut melalui pemberian pengalaman segar yang akan merangsang otak guna menjalin hubungan baru untuk menemukan makna yang baru.
Langkah dari CTL antara lain :
1.      Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih bermakna dengan membangun pengetahuannya sendiri.
2.      Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik yang diajarkan.
3.      Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui memunculkan pertanyaan-pertanyaan.
4.      Menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan kelompok berdiskusi, tanya jawab ,dll
5.      Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui ilustrasi, model, bahkan media yang sebenarnya.
6.      Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
7.      Melakukan penilaian secara obyektif, yaitu menilai kemampuan yang sebenarnya pada setiap siswa.
Penerapan CTL dalam E-learning
1.      Kegiatan pendahuluan
a.       Guru menginformasikan mengenai standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pembelajaran kali ini.
b.      Guru menjelaskan kegiatan yang akan diikuti siswa, yakni siswa akan berdiskusi kelompok dengan menggunakan materi yang dapat di download di web.
c.       Guru memberikan ilustrasi mengenai manfaat mempelajari topik. Hal ini diharapkan dapat memotivasi siswa untuk mempelajari topik ini.
Kegiatan ini dapat disajikan dalam video yang telah direkam oleh guru sebelumnya.
2.      Kegiatan Pokok
a.       Guru membentuk kelompok diskusi dengan memperhatikan heterogenitas siswa yang telah diupload dalam web pembelajaran.
b.      Siswa berdiskusi kelompok untuk mempelajari konsep yang telah ada di dalam e-book.
c.       Siswa dimintai pendapatnya mengenai ilustrasi yang disajikan di e-book.
d.      Guru memintas 5 siswa wakil kelompok untuk menuliskan atau mengemukakan hasil diskusinya. Siswa diberikan kesempatan untuk menjelaskan hasil diskusinya, sementara siswa (kelompok) lain diberi kesempatan untuk menanggapinya.
e.       Guru membimbing diskusi kelas dan mengarahkan pada jawaban yang benar. Melalui aktivitas diskusi, guru berusaha mengintegrasikan life skill dalam pembelajaran. Sebagai misal, guru menekankan kepada siswa akan pentingnya kecermatan, pentingnya berpendapat dengan argumentasi yang kuat, pentingnya menghargai dan menerima pendapat siswa lain, dan sebagainya)
f.       Untuk lebih meningkatkan pemahaman siswa, guru memberikan beberapa soal latihan yang dikerjakan siswa dengan berdiskusi kelompok. Selanjutnya dilakukan pembahasan hasil diskusi kelompok tersebut.
3.      Kegiatan penutup
a.       Dengan bimbingan guru, siswa merangkum materi yang telah dipelajari
b.      Kepada siswa dapat ditanyakan pendapat mereka mengenai topik maupun kegiatan pembelajaran yang telah mereka ikuti.
c.       Guru menginformasikan materi pertemuan berikutnya dan memberikan pekerjaan rumah.
d.      Untuk mengetahui kemajuan belajar siswa, kurang lebih 10 menit, guru memberikan kuis singkat kepada siswa.

PENUTUP

Sejalan dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat sekarang ini pendidikan jarak jauh dapat memanfaatkan teknologi internet atau yang sering disebut elearning secara maksimal sehingga dapat memberikan efektifitas dalam hal waktu, tempat, bahkan meningkatkan kualitas pendidikan. Elearning ialah suatu pembelajaran dengan menggunakan berbagai perangkat elektronik seperti komputer,video, tv, radio, telephone, hp, buku, dan internet. Dengan tujuan untuk memudahkan peserta didik dalam suatu pembelajaran.
Pedagogi merupakan seni atau ilmu mengajar. model pendekatan pedagogi yang terpadu yang terdiri dari pendekatan Instructional, Constructivist, dan Social Constructivist. Ketiga pendekatan pedagogi ini diadopsi secara terpadu di dalam sistem e-learning. Esensi dari konstruktivistik adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki informasi itu menjadi milik mereka sendiri.
Model Pembelajaran Pedagogi Konstruktivistik meliputi Model Pembelajaran Mandiri dan Model Pembelajaran Kontekstual/Contextual Teaching and Learning (CTL). Model Pembelajaran Mandiri sendiri meliputi model savi dan model master. Yang keduanya tersebut bisa diterapkan dalam elearning.











0 komentar:

Posting Komentar