MODEL
BELAJAR PEDAGOGI KONSTRUKTIVISTIK
A.
Latar
Belakang Masalah
Seiring dengan kemajuan zaman, teknologi pun semakin
berkembang pesat, begitu juga dengan model pembelajaran. Dengan adanya
perkembangan teknologi yang semakin memudahkan manusia dalam kehidupan
sehari-hari, model pembelajaran juga tak luput dari manusia untuk semakin
dimudahkan. Hal ini yang melatarbelakangi munculnya E-Learning.
Dalam
pengembangan E-Learning, terdapat
model-model pembelajaran yang digunakan, salah satunya yaitu model belajar
pedagogi konstruktivistik. Pedagogi sendiri adalah seni mengajar.
Konstruktivistik sendiri berarti membangun, jadi dapat diartikan bahwa pedagogi
konstruktivistik adalah bagaimana cara pengajaran melalui E-Learning yang sifatnya membangun keaktifan dan intelejensi
peserta didik. Untuk lebih jelasnya akan di bahas pada makalah kami.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimanakah definisi e-learning dan model belajar pedagogi
konstruktivistik?
2.
Apa sajakah macam-macam model
pembelajaran pedagogi konstruktivistik?
3. Bagaimanakah
implikasi model pembelajaran pedagogi konstruktivistik pada e-learning?
A.
Definisi
E-learning dan Model Pembelajaran
Pedagogi Konstruktivistik
1.
E-learning
Perkembangan
teknologi informasi saat ini (internet) mengarahkan sejarah teknologi
pendidikan pada alur yang baru. Layanan online
dalam pendidikan pada dasarnya adalah memberikan pelayanan pendidikan bagi
pengguna (peserta didik) dengan menggunakan internet sebagai media. Layanan
online ini dapat terdiri atas berbagai tahapan dari proses program pendidikan,
seperti pendaftaran, tes masuk, pembayaran, perkuliahan, penugasan kasus,
pembahasan kasus, ujian, penilaian, diskusi, pengumuman, dan lain-lain.
Pendidikan jarak jauh dapat memanfaatkan teknologi internet secara maksimal
sehingga memberikan efektifitas dalam hal waktu, tempat, bahkan meingkatkan
kualitas pendidikan.
Kemudian
pembelajaran secara online tersebut
disebut juga dengan istilah e-learning. Berdasarkan
penyusun katanya, e-learning dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu ‘e’
yang berarti electronica dan ‘learning’ yang berarti pembelajaran. Jadi
dapat diuraikan di sini bahwa e-learning adalah sebuah sistem
pembelajaran yang proses didalamnya menggunakan alat bantu elektronika. Hal ini
mengisyaratkan kepada kita bahwa apa yang selama ini disebut e-learning sejatinya
tidak hanya mengenai belajar lewat internet saja, tetapi lebih jauh, sistem ini
menghendaki sebuah perpaduan yang kompak antara proses pembelajaran dalam arti
sosial dan hubungannya dengan alat bantu elektronika secara teknis
Selain
itu definisi awal untuk e-learning adalah
dari ASTD (American Society for Training
& Development) yang mendifinisikannya sebagai serangkaian luas aplikasi
dan proses, misalnya web based learning (pembelajaran
berbasis web), computer-based learning (pembelajaran
berbasis computer), virtual class room (ruang
kelas maya), dan digital collaboration (kolaborasi
digital). ASTD bahkan juga memasukkan pengiriman konten melalui audio dan
video, siaran satelit, TV interaktif, dan CD ROOM.
Definisi-definisi
lainnya ada yang membatasi e-learning hanya
terkait dengan penggunaan internet, misalnya: E-learning mengacu pada penggunaan teknologi internet untuk
mengirimkan serangkaian solusi yang bisa meningkatkan pengetahuan dan kinerja.
Definisi
sederhana, namun komprehensif dihasilkan oleh Open and Distance Learning Quality Council di Inggris raya. Dewan
kualitas pembelajaran jarak jauh dan terbuka ini merangkum perbedaan antara isi
pembelajaran dan proses pembelajaran. Yaitu e-learning
adalah proses pembelajaran efektif yang diciptakan dengan cara
menggabungkan konten yang disampaikan
secara digital dengan menggabungkan konten yang disampaikan secara
digital dengan jasa dan sarana pendukung pembelajaran.
Definisi
lain menurut Darin E, Hartley adalah elearning
merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya
bahan ajar ke siswa dengan menggunakan internet, intranet, atau jaringan
computer lain.
Dari beberapa definisi elearning di atas, menurut kami elearning
ialah suatu pembelajaran dengan menggunakan berbagai perangkat elektronik
seperti komputer,video, tv, radio, telephone, hp, buku, dan internet. Dengan
tujuan untuk memudahkan peserta didik dalam suatu pembelajaran.
2.
Model
Pembelajaran Pedagogi Konstruktivistik
a.
Aspek
Pedagogi Dalam E-learning
Pedagogi (pedagogy) merupakan
seni atau ilmu mengajar (the art or science of
teaching). Dari segi bahasa ada perbedaan antara pedagogi
dan andragogi. Pedagogi adalah bagaimana cara mengajar anak-anak, sedangkan
andragogi adalah bagaimana cara mengajar orang dewasa.
Gambar 1. Integrasi dari Ketiga Pendekatan Pedagogi.
Menurut Bruner, ada empat
model pembelajaran, yaitu: Learning by being shown; Learning by being
told; Learning by constructing meaning; dan Learning by joining a
knowledge-generating community. Dari keempat model tersebut, Bjorke dkk
mengajukan suatu model pendekatan pedagogi yang terpadu yang terdiri dari
pendekatan Instructional, Constructivist,
dan Social Constructivist. Ketiga
pendekatan pedagogi ini diadopsi secara terpadu di dalam sistem e-learning. Pada tabel berikut ini,
diperlihatkan keterkaitan antara karakteristik masing-masing pedagogi dengan
teknologi sistem e-learning yang
digunakan.
Tipe
Pedagogi
|
Karakteristik
|
Fitur-2
LMS (SCELE)
|
Content
|
Metode Delivery
|
Instructional (facilitated learning)
|
Berpusat pada pendidik.
|
Fasilitas untuk menyimpan materi
pembelajaran
|
Teks, gambar, audio, video
|
-Pertemuan tatap muka (face to face).
-peserta didik sebagai pendengar.
-Kontrol Teaching-Learning
pada Dosen.
|
Murid bergantung pada pendidik
|
Pertanyaan diposting via e-mail
|
|
||
Murid menjadi penerima pasif
|
Materi pembelajaran tersedia dalam setiap
sesi
|
Link
keberbagai materi pembelajaran
|
||
Melihat pengetahuan adalah sesuatu yang
statis dan obyektif
|
Sesi-sesi pembelajaran bisa ditambah sesuai
kebutuhan
|
Desain materi kedalam sillabi
|
||
Constructivist (individual learning)
|
murid yang aktif
|
Forum diskusi
|
Materi pemicu (trigger)
|
-Pertemuan secara elektronis.
-Dosen sebagai fasilitator.
-Feedback
dosen sesuai dengan kemajuan pembelajaran peserta didik.
-Kontrol ada pada peserta didik.
|
Murid membangun pengetahuannya
|
Menggunakan catatan
|
Memandu pertanyaan dan jawaban
|
||
Subyektif dinamis dan brkembang
|
Mengacu pada semua sumber belajar
|
Sumber lain dalam belajar
|
||
Memproses dan memahami informasi
|
Menatur kecepatan
|
Materi pembelajaran yang bertahap (graph
course content)
|
||
Murid belajar sendiri
|
personalisasi
|
Mengatur pembelajaran yang obyektif (graph assessment)
|
||
Social Constructivist (collaborative learning)
|
Murid juga ikut menghasilkan ilmu
|
percakapan
|
Studi kasus
|
Video conference.
Pertemuan secara elektronis melalui model
chat.
Dosen dan tutor sebagai fasilitator.
Dibagi kedalam beberapa kelompok (team
work).
|
|
Memecahkan masalah
|
percakapan
|
Berpacu pada sumber yang berkaitan
|
|
|
Pendidik belajar bersama dengan murid
|
Video
|
Berpacu pada suber yang berkaitan
|
|
|
tugas akan memproses dan menaksirkan ilmu
untuk membangung pengetahuan yang baru
|
buletin
|
Melampirkan kesimpulan, solusi dan evalusi
antar kelompk.
|
b. Model
Pembelajaran Konstruktivistik
Teori tentang
pembelajaran yang menganggap pembelajar membangun pengetahuan untuk diri
mereka. Setiap pembelajar setiap individual mengonstruksi pemaknaan ketika ia
sedang belajar. E-learning sangat
diasosiasikan dengan teori konstruktivisme, karena pembelajarannya lebih
berpusat ke pembelajar (learner-centered)
daripada berpusat ke pengajar.
Ada sejumlah
prinsip umum pembelajaran yang berasal dari konstruktivisme dan didukung
melalui e-learning:
a. Pembelajaran
adalah proses aktif yang melibatkan pembelajaran dengan ide-ide dan
berinteraksi dengan pembelajaran lain untuk membangun makna.
b. Refleksi
terhadap pembelajaran adalah komponen kunci lain teori konstruktivis. Pembelajaran
terdiri atas membangun pemaknaan dan membangun sistem pemaknaan.
c. Pembelajaran
melibatkan bahasa dan ekspresi diri. Lingkungan online sangat mendukung fungsi ini.
d. Pembelajaran
adalah kegiatan sosial. Pembelajaran kita berkaitan erat dengan hubungan kita
dengan manusia lain, pendidik kita, rekan kerja kita, keluarga kita, hingga
kenalan biasa kita.
e. Pembelajaran
adalah kontekstual. Kita belajar dalam hubungan dengan hal-hal lain yang kita
ketahui, hal-hal lain yang kita percaya, serta prasangka dan ketakutan kita.
f. Orang
membutuhkan pengetahuan untuk belajar. Tidak mungkin menyerap pengetahuan baru
tanpa mempunyai struktur yang dikembangkan dari pengetahuan sebelumnya. Semakin
banyak kita mengetahui, semakin banyak kita belajar
g.
Pembelajaran itu tidak seketika.
Membutuhkan waktu untuk belajar. Untuk pembelajaran signifikan, kita perlu
meninjau kembali ide-ide, merenungkan, menjajal, bermain-main, dan menggunakan
ide-ide itu. (Robin Mason & Frank Renni: Hal. 40-41)
Esensi dari
konstruktivistik adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan
suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki informasi itu
menjadi milik mereka sendiri. Dengan dasar ini pembelajaran harus dikemas
menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan.
B.
Model
- Model Pembelajaran Pedagogi Kontruktivistik
Menurut kami model-model pembelajaran yang termasuk dalam model pembelajaran pedagogi
kontruktivistik adalah sebagai berikut:
1. Model Pembelajaran Mandiri
Model pembelajaran mandiri yang diterapkan secara
penuh memberi kesempatan kepada peserta didik untuk ikut berperan dalam
menentukan tujuan, memilih isi pelajaran, dan cara mempelajarinya, bahkan
menentukan cara dan criteria evaluasinya. Namun, dalam praktiknya tidak seluruh
kemandirian itu diterapkan. Ada 2 model pembelajaran mandiri, yaitu (Rusman,
2011):
a.
Model
SAVI
Dave Meier
menyajikan suatu sistem lengkap untuk melibatkan kelima indera dan emosi dalam
proses belajar yang merupakan cara belajar secara alami yang dikenal dengan
model SAVI, yaitu Somatis, Auditory, Visual, dan Intelektual. Somatis artinya
belajar dengan bergerak dan berbuat. Auditory, belajar dengan berbicara dan
mendengar. Visual, artinya belajar mengamati dan menggambarkan. Intelektual,
artinya belajar dengan memecahkan masalah dan menerangkan.
Strategi
pendekatan SAVI dilaksanakan dalam empat tahap siklus pembelajaran, yaitu:
a. Pertama:
persiapan. Tujuan tahap persiapan adalah menimbulkan minat para pembelajar,
memberi mereka perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang,
dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk belajar.
b. Kedua:
penyampaian. Tujuan tahap ini adalah membantu pembelajar menemukan materi
belajar yang baru dengan cara yang menarik, menyenangkan, relevan, melibatkan
panca indera, dan cocok untuk semua gaya belajar.
c. Ketiga,
pelatihan. Tujuan tahap ini adalah membantu pembelajar mengintegrasikan dan
menyerap pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara.
d. Keempat,
penampilan hasil. Tujuan tahap ini, membantu pembelajar menerapkan dan
memperluas pengetahuan atau keterampilan baru mereka pada pekerjaan, sehingga
hasil belajar akan melekat dan terus meningkat.
b.
Model
MASTER
Rose dan Nicholl
memeperkenalkan satu model belajar yang dikenal dengan M-A-S-T-E-R, yaitu para
pembelajar mulai menyadari bahwa belajar bukan suatu yang dilakukan untuk
pembelajar—hanya pembelajaran yang dapat melakukan. Model ini meliputi: Mind, artinya mendapatkan keadaan
pikiran yang benar dengan menjelaskan kepada pembelajar tentang kerja otak dan
gaya belajar dengan cara melihat relevansi, memvisualisasikan hasil yang
bermutu, memberi peserta didik control diri, menciptakan moto kelas, dan
melbatkan orang tua. Acquire, artinya memperoleh informasi yang terdiri dari gagasan
inti. Search out, mencari makna
melalui pembimbing mereka, membantu membuka kerangka visual pemikiran mereka,
berpikir mendalam dan melibatkan kecerdasan kinestetik dengan cara imajinasiterbimbing,
pertanyaan menantang, dan belajar intrapersonal. Trigger, artinya memicu memori. Exhibit,
memamerkan apa yang diketahui melalui teknik tantanglah persaingan, penilaian
personal, catatan prestasi, dan nilai. Reflect,
artinya merefleksikan cara belajar.
Berpijak pada
kondisi-kondisi factual di atas, untuk memulai suatu jalan menuju masarakat
pembelajaran yang ideal untuk abad ke 21 harus mencakup: (1) komitmen pada
belajar, bagaimana belajar, dan menjadi analisis kreatif dan kritis, (2) memberikan
perhatian pada pendidikan prasekolah, (3) kekuatan orangtua, (4) menggunakan
teknologi, (5) memperbaiki kondisi pengajar, (6) sekolah berbasis otak, (7)
melibatkan masyarakat, (8) modernisasi kurikulum, (9) merubah sistem ujian.
c.
Penerapan
Model Pembelajaran Mandiri
Menurut kelompok
kami, secara umum pembelajaran mandiri ini dapat dilakukan tanpa ada pendidik
yang mengawasi, namun tetap ada kegiatan pembelajaran. Dalam belajar mandiri,
peserta didik yang belajar secara mandiri mempunyai kebebasan untuk belajar
tanpa harus menghadiri pembelajaran yang diberikan pendidik di kelas. Peserta didik dapat mempelajari pokok materi
tertentu dengan berdiskusi, membaca modul atau referensi buku yang sesuai
dengan tema pembelajaran yang sudah ditetapkan oleh pendidik, dan mengakses
program e-learning tanpa bantuan atau
dengan bantuan terbatas dari orang lain.
Hal yang
terpenting dalam proses belajar mandiri adalah peningkatan kemampuan dan
keterampilan peserta didik dalam proses belajar tanpa bantuan orang lain, sehingga
pada akhirnya tidak tergantung pada pendidik atau orang lain dalm belajar.
Dalam pembelajaran mandiri, peserta didik harus berusaha untuk memahami isi
pelajaran sendiri, mencari sumber informasi sendiri, serta memecahkan kesulitan
sendiri. Dalam belajar, peserta didik harus lebih banyak berinisiatif untuk
melakukan kegiatan belajar sendiri. Namun belajar mandiri bukan berarti belajar
sendiri. Peserta didik boleh belajar dengan teman, pendidik, atau sumber
belajar yang lain dalam memecahkan kesulitan yang dihadapinya.
Tugas pendidik
dalam proses belajar mandiri ialah menjadi fasilitator, yang menjadi orang yang
siap memberikan bantuan kepada peserta didik bila diperlukan. Bentuknya
terutama bantuan dalam mennetukan tujuan belajar, memilih bahan dan media
belajar, serta memecahkan kesulitan yang tidak dapat dipecahkan peserta didik
sendiri.
Teman dalam proses belajar mandiri
juga sangat penting. Karena kebanyakan apabila peserta didik mengalami
kesulitan lebih mudah dan lebih berani bertanya kepada teman terlebih dahulu.
Teman dapat menjadi mitra dalam belajar bersama dan berdiskusi.
2.
Model
Pembelajaran Kontekstual/Contextual Teaching and Learning (CTL)
Merupakan
konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga dan masyarakan
CTL
memungkinkan siswa menghubungkan isi mata pelajaran akademik dengan konteks kehidupan
sehari-hari untuk menemukan makna. CTL memperluas konteks pribadi siswa lebih
lanjut melalui pemberian pengalaman segar yang akan merangsang otak guna
menjalin hubungan baru untuk menemukan makna yang baru.
Langkah
dari CTL antara lain :
1. Mengembangkan
pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih bermakna dengan
membangun pengetahuannya sendiri.
2. Melaksanakan
sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik yang diajarkan.
3. Mengembangkan
sifat ingin tahu siswa melalui memunculkan pertanyaan-pertanyaan.
4. Menciptakan
masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan kelompok berdiskusi, tanya jawab
,dll
5. Menghadirkan
model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui ilustrasi, model, bahkan media
yang sebenarnya.
6. Membiasakan
anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan pembelajaran yang telah
dilakukan.
7. Melakukan
penilaian secara obyektif, yaitu menilai kemampuan yang sebenarnya pada setiap
siswa.
Penerapan CTL dalam
E-learning
1.
Kegiatan
pendahuluan
a. Guru
menginformasikan mengenai standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator
pembelajaran kali ini.
b. Guru
menjelaskan kegiatan yang akan diikuti siswa, yakni siswa akan berdiskusi kelompok
dengan menggunakan materi yang dapat di download di web.
c. Guru memberikan ilustrasi mengenai manfaat
mempelajari topik. Hal ini diharapkan dapat memotivasi siswa untuk mempelajari
topik ini.
Kegiatan ini dapat disajikan dalam video yang telah direkam oleh guru
sebelumnya.
2.
Kegiatan Pokok
a. Guru membentuk kelompok diskusi dengan memperhatikan
heterogenitas siswa yang telah diupload dalam web pembelajaran.
b. Siswa berdiskusi kelompok untuk mempelajari
konsep yang telah ada di dalam e-book.
c. Siswa dimintai pendapatnya mengenai ilustrasi
yang disajikan di e-book.
d. Guru memintas 5 siswa wakil kelompok untuk
menuliskan atau mengemukakan hasil diskusinya. Siswa diberikan kesempatan untuk
menjelaskan hasil diskusinya, sementara siswa (kelompok) lain diberi kesempatan
untuk menanggapinya.
e. Guru membimbing diskusi kelas dan mengarahkan
pada jawaban yang benar. Melalui
aktivitas diskusi, guru berusaha mengintegrasikan life skill dalam
pembelajaran. Sebagai misal, guru menekankan kepada siswa akan pentingnya
kecermatan, pentingnya berpendapat dengan argumentasi yang kuat, pentingnya
menghargai dan menerima pendapat siswa lain, dan sebagainya)
f. Untuk lebih meningkatkan pemahaman siswa,
guru memberikan beberapa soal latihan yang dikerjakan siswa dengan berdiskusi
kelompok. Selanjutnya dilakukan pembahasan hasil diskusi kelompok tersebut.
3.
Kegiatan penutup
a. Dengan bimbingan guru, siswa merangkum materi
yang telah dipelajari
b. Kepada siswa dapat ditanyakan pendapat mereka
mengenai topik maupun kegiatan pembelajaran yang telah mereka ikuti.
c. Guru menginformasikan materi pertemuan
berikutnya dan memberikan pekerjaan rumah.
d. Untuk mengetahui kemajuan belajar siswa,
kurang lebih 10 menit, guru memberikan kuis singkat kepada siswa.
PENUTUP
Sejalan
dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat sekarang ini pendidikan jarak
jauh dapat memanfaatkan teknologi internet atau yang sering disebut elearning secara maksimal sehingga dapat
memberikan efektifitas dalam hal waktu, tempat, bahkan meningkatkan kualitas
pendidikan. Elearning ialah suatu
pembelajaran dengan menggunakan berbagai perangkat elektronik seperti
komputer,video, tv, radio, telephone, hp, buku, dan internet. Dengan tujuan
untuk memudahkan peserta didik dalam suatu pembelajaran.
Pedagogi merupakan
seni atau ilmu mengajar. model pendekatan pedagogi yang terpadu yang
terdiri dari pendekatan Instructional,
Constructivist, dan Social
Constructivist. Ketiga pendekatan pedagogi ini diadopsi secara terpadu di
dalam sistem e-learning. Esensi
dari konstruktivistik adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan
mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila
dikehendaki informasi itu menjadi milik mereka sendiri.
Model Pembelajaran
Pedagogi Konstruktivistik meliputi Model Pembelajaran Mandiri dan Model
Pembelajaran Kontekstual/Contextual Teaching and Learning (CTL). Model
Pembelajaran Mandiri sendiri meliputi model savi dan model master. Yang
keduanya tersebut bisa diterapkan dalam elearning.
0 komentar:
Posting Komentar