Rabu, 12 Desember 2012

AKTIVITAS BELAJAR OTENTIK



AKTIVITAS BELAJAR OTENTIK
A.      Strategi Pembelajaran dan Aktivitas Belajar Otentik
Strategi pengajaran adalah keseluruhan metode dan prosedur yang menitik beratkan pada kegiatan siswa dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam konteks strategi pengajaran tersusun hambatan-hambatan yang dihadapi, tujuan yang hendak dicapai, materi yang hendak dipelajari, pengalaman.Terdapat beberapa macam strategi pembelajaran, diantaranya yaitu :
a.    Strategi pembelajaran berpusat pada siswa
Pengajaran yang berpusat pada siswa adalah proses belajar mengajar berdasarkan kebutuhan dan minat siswa. Strategi pengajaran yang berpusat pada siswa dirancang untuk menyediakan sistem belajar yang fleksibel sesuai dengan kehidupan dan gaya belajar siswa. Lembaga pendidikan dan guru tidak berperan sebagai sentral melainkan hanya sebagai penunjang.
Berdasarkan tuntutan-tuntutan dan komponen penting lainnya pada individu siswa diharapkan mereka mencapai tujuan pengajaran secara efektif. Dalam rangka itu pula, pelaksanaan pengajaran yang berpusat pada siswa diselenggarakan dalam tiga sistem organisasi, yakni sistem berbasis institusi, sistem local, dan sistem belajar jarak jauh.
b.    Pengajaran Berdasarkan Pengalaman
Pengajaran berdasarkan pengalaman melengkapi siswa dengan suatu alternative pengalaman belajar dengan menggunakan pendekatan kelas, pengarahan guru misalnya metode ceramah. Strategi pembelajaran ini menyediakan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan-kegiatan belajar secara aktif dengan personalisasi. Rumusan pengertian tersebut menunjukkan bahwa pengajaran berdasarkan pengalaman memberi siswa seperangkat/serangkaian situasi-situasi belajar dalam bentuk keterlibatan pengalaman sesungguhnya yang dirancang oleh guru. Cara ini mengarahkan kepada siswa untuk mengeksplorasi yang dialami dan investigasi langsung kedalam suatu situasi pemecahan masalah/daerah mata pelajaran tertentu.
            Tujuan pendidikan yang mendasari strategi ini adalah :
1.    Untuk menambah rasa percaya diri dan kemampuan pelajar melalui partisipasi belajar aktif.
2.    Untuk menciptakan interaksi sosial yang positif guna memperbaiki hubungan sosial dalam kelas.
Sedangkan aktivitas belajar otentik berarti Brown, Collins, dan Duguid (1989) mendefinisikan kegiatan otentik merupakan sebagai kegitan  yang "koheren, dan bermakna, serta  memiliki  tujuan " (hal. 34). Konteks aktivitas otentik adalah dimana pelaksana (instruktur) tidak hanya melakukan aktivitas di kelas atau di tempat pelatihan saja. Aktivitas otentik dalam  pembelajaran dibangun  dengan menggunakan bahasa sehari-hari, dan situasi sehari-hari. (sumber: http://tarbiyahiainib.ac.id/dosen/artikel-dosen/182-teori-desain-konstruktivis).
Belajar otentik biasanya berfokus pada dunia nyata, masalah-masalah yang kompleks dan solusinya, menggunakan latihan role-playing, pembelajaran berbasis masalah, studi kasus, dan partisipasi dalam komunitas praktek virtual. Lingkungan belajar dibuat inheren dengan multidisiplin. Lingkungan pembelajaran tidak dibangun untuk mengajar geometri atau filsafat. Lingkungan pembelajaran aktivitas otentik menyediakan aplikasi “dunia nyata” atau disiplin, seperti : manajemen kota, membangun rumah, menerbangkan pesawat, menetapkan anggaran, memecahkan tindak kejahatan, dan lain sebagainya yang diajarkan dengan permainan multi disiplin, multi perspektif, alternatif cara kerja, kebiasaan berfikir, dan kondisi masyarakat. Peserta didik perlu menumbuhkan “kemampuan portable” atau kemampuan yang dapat dibawa sebagai dasar dalam aktivitas belajar otentik. Kemampuan portable tersebut adalah sebagai berikut :
a.       Penilaian untuk membedakan informasi yang reliabel dan tidak reliabel.
b.      Kesabaran untuk mengikuti berbagai argumen.
c.       Kemampuan sintesis untuk mengenali pola yang relevan dalam konteks asing.
Fleksibilitas untuk berkerja melintasi batas-batas disiplin dan budaya untuk menghasilkan solusi yang inovatif.

B.       Model pedagogi konstrutivistik dan strategi pembelajaran
Dalam pedagogi konstruktivisme, siswa diberi kesempatan untuk membangun pengetahuannya, bukan diberi pengetahuan melalui pembelajaran. Jika dikaitkan dengan pembelajaran jarak jauh (On Line Learning), perancang pembelajaran harus memikirkan aspek-aspek berikut untuk merealisasikannya :
-       Siswa diberi kesempatan untuk melakukan aktivitas seperti menerapkan informasi pada situasi riil, memfasilitasi penafsiran personal terhadap materi ajar, mendiskusikan topik-topik dalam kelompok.
-       Untuk mendorong siswa membangun pengetahuan mereka sendiri, guru harus memberikan pembelajaran online yang interaktif. Siswa harus mempunyai inisiatif untuk belajar dan berinteraksi dengan siswa lain.
-       Sebaiknya digunakan strategi pembelajaran kolaboratif. Bekerja dengan siswa lain memberikan siswa pengalaman riil dan memperbaiki keterampilan meta kognitif mereka.
-       Siswa sebaiknya diberi waktu untuk merefleksikan materi ajar. Pertanyaan pada materi ajar dapat digunakan untuk meningkatkan refleksi. Belajar sebaiknya dibuat bermakna dan ilustratif dengan cara memberikan contoh-contoh dan studi kasus. Di samping itu, aktivitas sebaiknya mendorong siswa menerapkan materi ajar.
-       Ketika belajar memfokuskan pada pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang baru, e learning disarankan memberikan aktivitas sosial maupun interaksi dengan siswa lain, belajar berbasis konteks, penilaian kinerja untuk mengataasi masalah (makalah Analisis Teori Belajar Dalam PJJ).
Menurut pendapat kami, model-model yang termasuk dalam model pedagogi konstruktivisme diantaranya :
-       Model pembelajaran mandiri
Dalam belajar mandiri, peserta didik dapat mempelajari pokok materi tertentu dengan membaca modul atau mengakses program e learning tanpa bantuan atau dengan bantuan terbatas dari oranglain. Di samping itu, peserta didik mempunyai otonomi dalam belajar, yakni peserta didik mempunyai kesempatan untuk ikut menentukan tujuan pembelajaran, bahan belajar, cara belajar, dan dapat ikut menentukan cara evaluasinya.
Dalam pembelajaran mandiri terdapat 2 model beserta strateginya, yakni (Rusman:2011) :
1.      Model SAVI
Dave Meier menyajikan suatu system lengkap untuk melibatkan kelima indera dan emosi dalam proses belajar yang merupakan cara belajar secara alami yang dikenal dengan model S A V I, yaitu Somatic, Auditory, Visual, Intelectual. Somatis, belajar dengan bergerak dan berbuat. Auditori, belajar dengan berbicara dan mendengar. Visual, belajar dengan mengamati dan menggambarkan. Intelektual, belajar dengan memecahkan masalah dan menerangkan.
Strategi pendekatan model S A V I ini dilaksanakan dalam 4 tahap.
o   Persiapan. Tujuan tahap persiapan adalah menimbulkan minat para pembelajar, memberi mereka perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan dataang, dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk belajar.
o   Penyampaian. Tujuan tahap ini adalah membantu pembelajar menemukan materi belajar yang baru dengan cara yang menarik, menyenangkan, relevan, melibatkan panca indera, dan cocok untuk semua gaya belajar.
o   Pelatihan. Tujuan tahap ini adalah membantu pembelajar mengintegrasikan dan menyerappengetahuan dan ketrampilan baru denganberbagai cara.
o   Penampilan hasil. Tujuannya adalah membantu pembelajar menerapkan dan memperluas pengetahuan atau ketrampilan baru mereka pada pekerjaan, sehingga hasil belajar akan melekat dan terus meningkat.

2.      Model M A S T E R
Rose dan Nicholl memperkenalkan satu model belajar yang dikenal dengan M A S T E R, yaitu  para pembelajar mulai menyadari bahwa belajar bukan suatu yang dilakukan untuk pembelajar – hanya pembelajaran yang dapat melakukan. Model ini meliputi : Mind, artinya mendapatkan keadaan pikiran yang benar dengan menjelaskan kepada pembelajar tentang kerja otak dan gaya belajar dengan melihat relevansi, memvisualisasikan hasil yang bermutu, memberi peserta didik control diri, menciptakan moto kelas, dan melibatkan orang tua. Acquire, artinya memperoleh informasi yang terdiri dari gagasan inti . Search out, mencari makna melalui pembimbing merek, membantu dan melibatkan kecerdasan kinestetik dengan cara imajinasi terbimbing,pertanyaan menantang, dan belajar intrapersonal. Trigger, artinya memicu memori. Exhibit, memamerkan apa yang diketahui melalui teknik tantangan persaingan, penilaian personal, catatan prestasi, dan nilai. Reflect, artinya merefleksikan cara belajar.
Berpijak pada kondisi-kondisi faktual di atas, untuk memulai suatu jalan menuju masyarakat pembelajaran yang ideal untuk abad 21 harus mencakup : (1) komitmen pada belajar, bagaimana belajar, dan menjadi analisis kreatif dan kritis, (2) memberikan perhatian pada pendidikan prasekolah, (3) kekuatan orangtua, (4) menggunakan teknologi, (5) memperbaiki kondisi pengajar, (6) sekolah berbasis otak, (7) melibatkan masyarakat, (8) modernisasi kurikulum, (9) merubah sistem ujian.
-          Model pembelajaran kontekstual
Pembelajaran kontekstual adalah usaha untuk membuat siswa aktif dalam memompa kemampuan diri, sebab siswa berusaha mempelajari konsep sekaligus menerapkan dan mengaitkannya dengan dunia nyata (Rusman:2011).
Adapun langkah-langkah proses pembelajaran kontekstual meliputi :
o   Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih bermakna dengan pengetahuannya sendiri.
o   Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topic yang diajarkan
o   Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui memunculkan pertanyaan-pertanyaan.
o   Menciptakan masyarakat belajar, seperti diskusi, Tanya jawab, dll.
o   Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui ilustrasi, model, bahkan media yang sebenarnya
o   Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
o   Melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang sebenarnya pada setiap siswa.
-          Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Menurut Tan (2003), yang ditulis dalam buku “Model-Model Pembelajaran” oleh Rusman (2011), mengemukakan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah inovasi dalam pembelajaran karena dalam PBM kemampuan berpikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, manguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan. PBM merupakan penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada.
Dari segi pedagogis, PBM didasarkan pada teori belajar konstruktivisme dengan ciri-ciri :
o   Pemahaman diperoleh dari interaksi dengan skenario permasalahan dan lingkungan belajar
o   Pergulatan dengan masalah dan proses inquiry masalah menciptakan disonansi kognitif yang menstimulasi belajar
o   Pengetahuan terjadi melalui proses kolaborasi negosiasi sosial dan evaluasi terhadap keberadaan sebuah sudut pandang.

C.      Strategi Pembelajaran Aktivitas Belajar Otentik
Untuk pendidik dan desainer pembelajaran, terdapat esensi dari aktivitas belajar otentik dapat digunakan sebagai acuan, ke-10 esensi dalam aktivitas belajar otentik, yaitu (Marilyn M. Lombardi, 2007: hal.3) :
1.      Real-world Relevance. Aktivitas otentik dibuat sedekat mungkin sesuai dengan tugas profesional di dunia nyata. Pembelajaran meningkat mendekati kenyataan, dengan meminta peserta didik untuk bekerja secara aktif dengan konsep-konsep abstrak, mempelajari fakta, dan kemudian mempelajari kondisi budaya sosial dari berbagai disiplin. 
2.      Ill-defined Problem. Tantangan tidak boleh dibuat untuk mudah dipecahkan. Aktivitas belajar otentik relatif terdiri dari tugas-tugas kompleks yang harus diselesaikan dan terbuka untuk beberapa interpretasi, yang meminta peserta didik untuk mengidentifikasi sendiri sub-sub tugas untuk dapat mengerjakan tugas utama.
3.      Sustained Investigation. Permasalahan tidak dapat diselesaikan hanya dalam hitungan menit atau jam. Sebaliknya, kegiatan-kegiatan otentik teridiri dari masalah kompleks yang harus diinvestigasi oleh peserta didik dalam jangka waktu yang berkelanjutan. Masalah-masalah yang ada pada aktivitas belajar otentik, memerlukan tingkat pemikiran dan alokasi waktu yang berkelanjutan.
4.      Multiple Source and Perspective. Dalam aktivitas belajar otentik, peserta didik tidak diberi daftar sumber belajar. Aktivitas belajar otentik memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mencari referensi teori, perspektif praktek, dari berbagai sumber, dan melatih peserta didik agar dapat membedakan mana informasi yang relevan dan sebaliknya.
5.      Collaboration. Tingkat kesuksesan tidak hanya dinilai dari kinerja individual peserta didik. Kegiatan belajar otentik membuat kolaborasi integral antara pembelajaran di kelas dengan praktiknya di dunia nyata.
6.      Reflection (metacognition). Kegiatan belajar otentik memungkinkan peserta didik untuk memilih dan merefleksikan materi yang dipelajari, baik secara individual atau kelompok.
7.      Interdiciplinary Prespective. Relevansi tidak hanya terbatas pada satu domain atau satu mata pelajaran saja. Sebaliknya, kegiatan belajar otentik memiliki konsekuensi untuk memperluas pembelajaran melampaui disiplin tertentu, mendorong peserta didik untuk mengadopsi peran yang beragam dari berbagai disiplin.
8.      Integrated Assessment. Pada aktivitas belajar otentik, penilaian tidak hanya sebatas penilaian sumatif, tetapi tugas utama penilaian adalah mampu merefleksikan proses penilaian di dunia nyata.
9.      Polished Product. Kesimpulan tidak hanya berupa latihan dan urut-urutan persiapan untuk membuat sesuatu. Kegiatan otentik berujung pada penciptaan produk secara keseluruhan yang memiliki nilai didalamnya.
10.  Multiple Interpretation and outcomes. Daripada menghasilkan satu jawaban benar, yang diperoleh dari penerapan prinsip dan prosedur, kegiatan belajar otentik memungkinkan beragam interpretasi dan solusi.

Perguruan tinggi di berbagai daerah di dunia mulai beralih ke pembelajaran otentik dan menempatkan kembali fokus pada peserta didik dalam rangka memperbaiki cara peserta didik menyerap menyimpan, dan mentransfer pengetahuan. Berikut beberapa contoh penerapan aktivitas  belajar otentik :
Pembelajaran Berbasis Simulasi. Mekong e-Sim adalah sebuah lingkungan belajar online yang menggunakan simulasi dan role-playing untuk mengajak siswa dalam pengambilan keputusan otentik yang kompleks, mengembangkan komunikasi, dan keterampilan kepemimpinan yang dibutuhkan untuk menjadi praktisi yang sukses di bidangnya. Sumber: http://www.educause.edu/ir/library/pdf/ELI5014.pdf
Media Buatan Peserta Didik. Mahasiswa di Universitas Columbia, menciptakan rekonstruksi virtual 3D pasar Athena kuno yang dikenal sebagai ‘agora’ dan diminta untuk menjelaskan desain replika yang mereka buat. Mereka membuat rekonsruksi lingkungan berdasarkan data forensik, foto, serta citra satelit, topografi peta, dan pengukuran struktur, yang kemudian dibantu dengan editor Ancient Spaces 3D, untuk membuat desain rekonstruksi dari sumber-sumber tersebut.
Evaluasi Berbasis Teman Sebaya. Calibrated Peer Review (CPR) adalah program berbasis web gratis yang memungkinkan pendidik/instruktur menggabungkan tugas menulis kedalam program mereka, terlepas dari ukuran kelas, dan tanpa meningkatkan beban penialaian mereka. Siswa dilatih menjadi pengulas yang kompeten, kemudian diberi tanggungjawab untuk mendapatkan feedback dari teman mereka. CPR mengelola peer-review secara keseluruhan, termasuk pembuatan tugas, penyerahan kertas elektronik, pelatihan siswa dalam meninjau, analisis masukan, dan laporan kinerja persiapan—akhir.
Bekerja dengan Instrumen Jarak Jauh. Melalui antar muka website MIT memungkinkan peserta didik di seluruh dunia untuk melakukan eksperimen dengan instrumen yang terletak di kampus MIT. Agen perangkat lunak mengawasi penggunaan instrumen, menetapkan  prioritas untuk eksperimen individu. Dengan adanya instrumen tersebut, peserta didik dapat mengakses peralatan mahal atau instrumen langka, yang mungkin tidak didapatkan lewat pembelajaran di kelas. Sumber: http://www.educause.edu/ir/library/pdf/ELI7013.pdf


D.      Peran Strategi Pembelajaran dan Aktivitas Belajar Otentik dalam Online Learning
E-learning menurut ASTD (American Society for Training & Development) adalah serangkaian luas aplikasi dan proses, misalnya web-based learning, computer-based learning, virtual classroom, dan digital collaboration. (Robbin & Frank, 2010:xii). E learning memiliki manfaat yang cukup besar terutama ketika dikaitkan dengan jarak dan keterbatasan waktu dalam belajar, belajar dapat dilakukan melalui web. PBM dapat memanfaatkan fasilitas e learning secara kolaboratif dalam proses pemecahan masalah. Dengan memanfaatkan masalah sebagai pemicu untuk belajar dan interaktif, potensi teknologi mungkin dapat digunakan secara penuh, namun pada sisi tertentu e learning tetap memiliki keterbatasan. Beberapa landasan prinsip penggunaan PBM dengan  e learning adalah : (1) menggunakan kekuatan masalah yangriil untuk membangkitkan motivasi, (2) mengkondisikan lingkungan kaitannya dengan informasi global, (3) mendorong proses pemanfaatan dan pengembangan belajar e learning, (4) menekankan pada pemecahan masalah dan pembuatan keputusan daripada bahan belajar, (5) menyediakan sistem dalam kolaborasi, (6) optimis dalam menggunakan struktur yang fleksibel, (7) mengembangkan evaluasi dan kritik terhadap sumber informasi.
Belajar Otentik
Menurut J. Herrington, dkk. Dalam buku Designing authentic activities for Web-based courses (Marilyn M. Lombardi, 2007), secara signifikan peneliti di bidang pendidikan menyimpulkan bahwa “nilai pembelajaran otentik tidak dibatasi untuk belajar dalam kehidupan dalam lokasi dan praktek yang nyata, akan tetapi pembelajaran otentik dapat diwujudkan melalui desain yang cermat dalam pembelajaran berbasis lingkungan web”. Saat ini, lingkungan berbasis web memberikan akses kepada peserta didik untuk mendapatkan berbagai sumber profesional. Pendidik dapat menggunakan Web-based alat komunikasi untuk membantu siswa berkolaborasi dengan satu sama lain, berbagi dan membangun pengetahuan.
Terdapat beberapa faktor yang mendukung terciptanya pembelajaran otentik agar menjadi pembelajaran yang efektif, yaitu :
a)      Learners look for connections. Mengasimilasikan pengetahuan baru kedalam struktur skema pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik.
b)      Long-lived attachments come with practice. Konsep perlu “ditayangkan” berulang kali secara teratur, dikaitkan dengan informasi baru agar konsep yang terbentuk tidak hilang.
c)    New contexts need to be explored. Konsep yang dipelajari selalu menjadi bagian yang lebih besar dari “kegiatan pembelajaran” yang langsung terkait dalam pikiran peserta didik dengan setting, kegiatan, dan lingkungan sosial.

Penilaian Otentik
Penilaian otentik mengajak peserta didik untuk menggunakan pengetahuan akademik kedalam konteks dunia nyata untuk tujuan yang bermakna. Ketika peserta didik melakukan tugas dalam penilaian otentik, mereka menghadapi tantangan-tantangan yang lazim menyertai setiap usaha untuk mencapai hasil yang berarti dalam konteks pekerjaan atau masyarakat. Penilaian otentik meningkatkan pembelajaran dalam banyak hal. Pengujian standar bersifat eksklusif dan sempit, sementara penilaian otentik yang bersifat inklusif memberikan keuntungan kepada siswa dengan memungkinkan (Newmann & Wehlage dalam Contextual Teaching & Learning: 289) :
a)    Mengungkapkan secara total seberapa baik pemahaman materi akademik mereka.
b)   Mengungkapkan dan memperkuat penguasaan kompetensi mereka seperti mengumpulkan informasi, menggunakan sumber daya, menangani teknologi, dan berpikir secara sistematis.
c)    Menghubungkan pembelajaran dengan pengalaman mereka sendiri, dunia mereka, dan masyarakat luas.
d)   Mempertajam keahlian berpikir dalam tingkatan yang lebih tinggi saat mereka menganalisis, memadukan, mengidentifikasi masalah, menciptakan solusi, dan mengikuti hubungan sebab akibat.
e)    Menerima tanggung jawab dan membuat pilihan.
f)    Berhubungan dan bekerja sama dengan orang lain dalam mengerjakan tugas.
g)   Belajar mengevaluasi tingkat prestasi sendiri.






BAB III
PENUTUP


Kesimpulan
Aktivitas belajar otentik berfokus pada dunia nyata, masalah-masalah yang kompleks dan solusinya.Lingkungan pembelajaran aktivitas otentik menyediakan aplikasi “dunia nyata” atau disiplin.
Adapun yang termasuk dalam model pedagogi konstruktivisme yaitu model pembelajaran mandiri, model pembelajaran kontekstual, dan model pembelajaran berbasis masalah. Strategi dalam model pembelajaran mandiri yakni dengan model SAVI dan model MASTER. Kedua model tersebut lebih menekankan pada komitmen belajar, penggunaan teknologi, dan pelibatan masyarakat.Pembelajaran kontekstual adalah usaha untuk membuat siswa aktif dalam memompa kemampuan diri, sebab siswa berusaha mempelajari konsep sekaligus menerapkan dan mengaitkannya dengan dunia nyata. Sedangkan pembelajaran berbasis masalah merupakan penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada.
Penerapan aktivitas  belajar otentik diantaranya pembelajaran berbasis simulasi, media buatan peserta didik, evaluasi berbasis teman sebaya, dan bekerja dengan instrumen jarak jauh.

Saran
            Saran yang bisa kami berikan ialah semoga seluruh guru/pendidik yang ada di Indonesia bisa menerapkan strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa dan berdasarkan pengalaman. Sehingga siswa memiliki rasa percaya diri dan dapat menciptakan interaksi sosial yang positif.
            Kemudian juga seluruh pihak yang berkecimpung dalam dunia pendidikan dapat mengembangkan seluas-luasnya teori-teori pendidikan yang sudah ada. Sehingga semakin maju pendidikan kita dan berwawasan luas.


DAFTAR PUSTAKA


Arshy,dkk.2012.”Analisis teoribelajardalampembelajaranjarakjauh (e-learning). Yogyakarta
Johnson, Elaine B. 2007. Contextual Teaching & Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikan dan Bermakna. Bandung: Penerbit MLC.
http://net.educause.edu/ir/library/pdf/eli3009.pdf  diakses pada 20 Oktober 2012 pukul 15:18
Manson, Robin & Frank Rennie. 2010. Elearning Panduan Lengkap Memahami Dunia Digital dan Internet. Yogyakarta : Penerbit BACA!.
Rusman.2011.Model-model pembelajaran. Jakarta:  PT Rajagrafindopersada.

0 komentar:

Posting Komentar