MODEL
IDLF-ONLINE LEARNING
A.
Latar
Belakang Masalah
Hakekat e-learning adalah bentuk
pembelajaran konvensional yang dituangkan dalam format digital melalui
teknologi internet. Sistem ini dapat digunakan dalam pendidikan jarak jauh
maupun pendidikan konvensional. Mengembangkan model pembelajaran online
learning tidak sekedar menyajikan materi pelajaran ke dalam internet tetapi
perlu dipertimbangkan secara logis dan senantiasa memegang prinsip pembelajaran.
Proses pembelajaran tersebut lebih pada
proses pembelajaran yang dilakukan secara
terpisah, maksudnya
disini berarti antara pendidik dan peserta didik tidak berada dalam satu ruangan
yang sama bahkan waktunya pun berbeda. Interaksi pendidik dan peserta didik
dilakukan secara langsung maupun tidak langsung, misal dengan melakukan
chatting lewat koneksi internet (langsung) maupun dengan berkirim email untuk
sekedar mengumpulkan tugas (tidak langsung). Dengan
begitu perlu adanya desain pengembangan yang
sederhana, personal, cepat, serta unsur hiburan akan menjadikan peserta didik
betah belajar di depan internet seolah-olah mereka belajar di dalam kelas.
Saat
ini sudah banyak lembaga pendidikan terutama perguruan tinggi yang sudah mulai
merintis dan mengembangkan model pembelajaran berbasis internet dalam mendukung
sistem pendidikan konvensional. Namun suatu inovasi selalu saja menimbulkan pro
dan kontra. Oleh karena itu sangat
perlu dilakukan kajian, penelitian, dan pengembangan model e-learning. Pada
makalah ini akan mengkaji lebih dalam mengenai desain belajar integratif untuk
online learning yang lebih dikenal dengan ILDF atau (Integratif Learning Design Framework).
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
desain dan pengembangan online learning ?
2. Apakah
model ILDF itu bagaimana kaitannya dengan konteks sosial kultural ?
3. Bagaimana
tahapan dan kegiatan untuk online learning khususnya pada model
ILDF?
A.
Desain
dan Pengembangan Online Learning
Nada
Dabbagh (2005) mendefinisikan belajar online (online learning)
sebagai suatu lingkungan pembelajaran yang bersifat terbuka dan terdistribusi
yang menggunakan perangkat (tools) pedagogik, yang dimungkinkan dengan
penggunaan teknologi web dan internet, untuk memfasilitasi proses belajar dan
konstruksi pengetahuan melalui aksi dan interaksi yang bermakna. Online
learning sebagai suatu mode penyampaian informasi harus bisa mensinergikan
ketiga komponen utama yaitu strategi pembelajaran, teknologi belajar dan model
pedagogis. Ketiganya harus disusun dalam kerangka yang integratif dengan tetap
memperhatikan konteks sosial dan kultural.
Untuk
mendapatkan hasil yang optimal, pengembangan program pembelajaran, termasuk
yang bersifat online, harus menerapkan strategi pembelajaran yang tepat dan
bersifat menyeluruh, karena memiliki karakteristik lingkungan belajar yang
khas, sudah tentu menyebabkan proses pembelajaran secara online membutuhkan
teknik dan strategi pembelajaran tersendiri yang berbeda dengan strategi
pembelajaran konvensional.
Meskipun
pembelajaran online menjanjikan sejumlah keuntungan, tentunya hal
tersebut tidak datang dengan sendirinya, melainkan harus melalui proses desain
dan strategi implementasi yang tepat.
Bonk dan Reynolds (1997), sebagaimana dikutip
oleh Mohammed Ally (2004), mengatakan bahwa untuk mendukung pembelajaran jenis
pemikiran tingkat tinggi (high order thinking) melalui web, pembelajaran
online harus menyediakan berbagai aktifitas menantang yang memungkinkan
pemelajar (learner) mengaitkan informasi baru dan lama, menangkap
pengetahuan bermakna, dan menggunakan kemampuan metakognitifnya.
Di
sini strategi instruksional, dan bukan sekedar teknologi, memegang peranan
penting dalam mempengaruhi kualitas belajar. Lucio Paul Siragosa (2005) dalam
disertasi doktoralnya yang berjudul “Identification of Effective
Instructional Design Principles and Learning Strategies for Students Studying
in Web-based Learning Environment in Higher Education”, mengidentifikasi
tujuh area fokus menentukan yang berpengaruh langsung dalam merancang
lingkungan belajar online yang efektif. Ketujuh area kunci tersebut
adalah:
1) struktur, 2)
konten, 3) motivasi, 4) umpan balik/bantuan, 5) interaksi, 6) strategi belajar,
dan 7) peran pembelajar (instruktur). Selanjutnya, Siragosa mengutip
beberapa strategi pembelajaran yang perlu dipertimbangkan untuk
diterapkan dalam pengembangan program pembelajaran online, yaitu:
Interaksi (interaction), kolaborasi (collaboration),
konstruktivisme (contructivism), eksplorasi, proyek online (online
project), belajar berbasis masalah dan studi kasus, belajar dengan
pengaturan sendiri, mempertanyakan dan diskusi, simulasi (simulation), serta penilaian (assessment).
Nada
Dabbagh (2005), membagi model-model pedagogik, berdasarkan karakteristik pembelajaran
yang dimilikinya, menjadi tiga kategori, yaitu: ekploratoris (exploratory), dialogis (dialogic),
dan integratif (integrational). Perlu kita ingat bawa pedagogik
merupakan ilmu atau seni dalam menjadi seorang guru, istilah ini merujuk pada penggunaan strategi pembelajaran
yang tepat. Lingkungan belajar eksploratoris adalah lingkungan belajar yang
dikembangkan dengan konsep dan teori belajar diskoveri (discovery learning)
atau belajar berbasis inkuiri (inquiry-based learning). Lingkungan
belajar dialogis adalah lingkungan belajar yang menekankan interaksi sosial
melalui dialog dan percakapan. Jadi, lingkungan ini bermaksud membangun
pengetahuan baru melalui dialog sebagai sebuah bentuk interaksi. Lingkungan
belajar integratif adalah lingkungan belajar yang berlandaskan pada kemampuan
dan kapabilitas yang dimiliki oleh teknologi pembuat konten (authoring
tools) berbasis web yang ada saat ini.
B.
Model
Pengembangan Online Learning ILDF
Menurut
Nada Dabbagh (2005), model ILDF (Integratif
Learning Design Framework ) ini dapat digunakan pada berbagai konteks
pembelajaran online, termasuk pengembangan e-course untuk
perguruan tinggi, pelatihan di perusahaan (corporate training),
komunitas belajar online, ataupun sistem pendukung kinerja elektronis (electronic
performance support system). Secara umum, model ILDF ini terdiri dari tiga
fase pengembangan atau tiga tahapan, yaitu: fase eksplorasi (exploration),
realisasi (enactment), dan evaluasi (evaluation). Namun ada juga
yang menambahkan satu tahapan lagi yaitu refleksi.
ILDF
lebih pada aliran konstruktivis berbasis desain instruksional model yang
menawarkan suatu proses sistematis dalam pengembangan pembelajaran online. Mempertimbangkan pandangan dan
masukan dari semua pihak yang terkait dengan proses pembelajaran tersebut mulai
dari proses mendesain atau merancang, pengembangan dan implementasi. Produk
akhir berdasarkan kebutuhan dan perspektif siswa atau peran semua pihak yang
terkait termasuk pengalaman dan epistemologi si pengembang atau desainer.
Model
ini termasuk inovasi dalam desain pembelajaran yang khusus dikembangkan untuk
proses belajar masa depan dengan belajar berbasis jaringan, yaitu online-learning atau web-based learning yang mengoptimalkan
pemanfaatan teknologi telekomunikasi.
Berikut skema model ILDF Dabbagh & Bannan-Ritland :
Dari
skema model ILDF diatas diketahui bahwa konteks sosial budaya dimasukan dalam
salah satu aspek strategi di dalam pengembangan online learning, hal ini
menunjukkan bahwa model ILDF sangat mengapresiasi lingkungan belajar yang bersifat
heterogen.
Manfaat
model ILDF, yaitu :
1.
Bisa diterapkan untuk
penggunaan media digital dan telekomunikasi.
2.
Menjangkau
karakteristik peserta didik lebih rinci dibandingkan dengan model-model desain
pembelajaran lainnya.
3.
Jika diterapkan secara
murni maka sistem penyampaian atau penyajian materi, menjadi lebih menarik.
4.
Menerapkan seluruh
komponen disain pembelajaran berbasis KBM lebih jelas.
5.
Untuk penerapan di
Indonesia sangat berguna karena telah mencantumkan aspek sosial-budaya yang
terinci untuk dijadikan masukan dalam model pembelajaran.
Keterbatasan
model ILDF ini adalah :
1.
Karena relatif baru dan
ditujukan untuk online learning, maka
tidak semua pengajar menyadari adanya model ini.
2.
Penyediaan
infrastruktur (ICT) dan perangkat keras relatif masih mahal dan belum
terjangkau oleh semua lembaga atau organisasi pendidikan di Indonesia.
C. Tahapan dan Kegiatan dalam ILDF
Tahapan Eksplorasi
Menyelidiki
konteks di mana kegiatan pembelajaran online akan dirancang dan
diimplementasikan yang terdiri dari menganalisis :
1.
Kebutuhan guru dan
peserta didik
2.
Kesulitan saat mengajar
dan belajar
3.
Teori dan strategi
instruksional yang digunakan (mengidentifikasi masalah atau kesenjangan yang ada)
4.
Faktor sosial, budaya
dan organisasi yang dapat menjadi kendala dalam desain, pengembangan dan
implementasi proses pembelajaran
5.
Kepercayaan, sikap,
bias, pengalaman, asumsi, dan filsafat pendidikan perancang pembelajaran
tersebut
6.
Literatur review yang
tersedia, model pedagogis serta strategi instruksional yang mendukung
Tahapan
Enachment :
1.
Semua informasi yang
dikumpulkan dalam tahap eksplorasi sebaiknya ditindaklanjuti
2.
Pemilihan alat (ICT)
yang baik akan mengatasi kesulitan mengajar dan belajar,
3.
Desain prototipe
pembelajaran
Tahapan Evaluasi
1.
Menilai apakah
prototipe yang dirancang mudah digunakan oleh pemakai, dan apakah mampu serta
relevan untuk mengatasi masalah dalam kegiatan belajar mengajar
2.
Penilaian formatif
dalam tahap pengembangan prototipe pembelajaran untuk menilai kekuatan dan
kelemahan dari prototipe yang hasilnya digunakan untuk merevisi /
menyempurnakan prototipe (untuk meningkatkan efektivitas dan daya tarik),
terdiri dari :
a.
Penilaian dari ahli
b.
Penilaian dari setiap
pemakai
c.
Penilaian dari kelompok
kecil siswa
d.
Sumatif dilakukan setelah implementasi prototipe
tersebut untuk mengukur dampak dari prototipe pada proses pembelajaran
Tahapan Reflection
1.
Berpikir kritis dari
pengalaman yang diperoleh di keseluruhan proses mendesain prototipe pembelajaran,
terdiri dari :
a. Desain
model
b. Pelajaran
c. Kemungkinan aplikasi dari prototipe
pembelajaran
2. Semua
yang dipelajari dan diperoleh dari keseluruhan proses dapat digunakan untuk
mendesain ulang pembelajaran yang lebih baik
(Dabbagh
and Bannan-Ritland , 2005)
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Model
ILDF dapat digunakan pada berbagai konteks pembelajaran online, termasuk
pengembangan e-course untuk perguruan tinggi, pelatihan di perusahaan,
komunitas belajar online, ataupun sistem pendukung kinerja elektronis. Secara
umum, model ILDF ini terdiri dari tiga fase pengembangan, yaitu: fase
eksplorasi (exploration), realisasi (enactment), dan evaluasi (evaluation).
Model ILDF sebagai salah satu inovasi model pembelajaran online learning sangat
cocok diterapkan di Indonesia yang memiliki beragam kebudayaan.
B.
Saran
Sebagai teknolog
pendidikan kita harus menguasai berbagai desain pembelajaran termasuk desain
pembelajaran secara online yang sering dikenal dengan e-learning.
DAFTAR PUSTAKA
Ally,
Mohammed. Foundation of Educational Theory for Online Learning dalam “Theori
and Practice of Online Learning”, Editors: Terry Anderson and Fathi Elloumi, 2004
Athabasca University
Botha,
Jean at. al. (2005). “Towards Appropriate Methodologies to Research
Interactive
Learning:
Using a Design Experiment to Assess a Learning Programme for Complex Thinking” dalam
International Journal of Education and Development using Information and
Communication Technology (IJEDICT), Vol.1 Issue 2
Dabbagh,
Nada. (2005). Online Learning: Concepts, Strategies, and Application.
New Jersey: Pearson Education Inc.
Nizamia
Volume 12, Nomor 1 Tahun 2009 Model-model
pengembangan E-learning dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan
Muhammad
Amin Bakri, Pengembangan Program Pembelajaran Online Berbasis LMS untuk Keterampilan Pemecahan Masalah Di Pt. Indosat Tbk (Jurnal)
Diakses pada 7 Oktober 2012
0 komentar:
Posting Komentar