Rabu, 12 Desember 2012

Elemen Difusi Inovasi



Elemen Difusi Inovasi
Menurut Rogers (Ibrahim, 1988:60 ) terdapat 4 elemen pokok difusi inovasi, yaitu :
            1.         Inovasi
Suatu ide, barang, kejadian, metode, yang diamati sebagai sesuatu yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang, baik berupa hasil discovery maupun invensi diadakan guna mencapai tujuan. Sesuatu yang baru, kata  Baru disini mengandung ketidaktentuan (uncertainty), artinya sesuatu yang mengandung berbagai alternatif kemungkinan, sesuatu yang tidak tentu, bagi seseorang yang mengamati, baik mengenai arti, bentuk, manfaat, dan sebagainya.
Dengan adanya informasi, maka akan mengurangi ketidaktentuan tersebut, karena dengan informasi itu berarti memperjelas arah pada satu alternatif tertentu. Contoh : inovasi KB, maka orang yang mengamati KB sebagai sesuatu yang baru, berarti KB bagi orang itu masih serba tidaktentu. Dengan memperoleh informasi tentang KB, maka informasi tersebut mengurangi ketidaktentuan bagi orang tersebut. Sehingga, orang tersebut makin mempunyai kepastian tentang KB.
Suatu inovasi dalam proses difusi terbuka kemungkinan terjadinya perubahan (re-invention) atau modifikasi, dan para penerima inovasi bukan berperan secara pasif hanya sekedar menerima apa yang diberikan. Komunikasi merupakan salah satu elemen yang tidak dapat ditinggalkan dalam proses difusi inovasi.  
            2.         Komunikasi dengan saluran tertentu
Komunikasi disini diartikan sebagai proses pertukaran informasi antar warga masyarakat, sehingga terjadi saling pengertian satu sama lain. Komunikasi dengan tipe khusus yaitu difusi, yang menggunakan sesuatu hal baru (inovasi) sebagai bahan informasi. Kegiatan komunikasi dalam proses difusi mencangkup : a) suatu inovasi; b) individu atau kelompok yang telah mengetahui dna berpengalaman dengan inovasi; c) individu atau kelompok yang belum mengenal inovasi; d) saluran komunikasi yang menggabungkan antara kedua belah pihak tersebut.
Dapat disimpulkan bahwa komunikasi dalam proses difusi adalah upaya mempertukarkan ide baru (inovasi) oleh seseorang atau unit tertentu yang telah mempunyai pengetahuan dan pengalaman dalam menggunakan inovasi tersebut (innovator) kepada seseorang atau unit lain yang belum memiliki pengetahuan dan pengalaman mengenai inovasi itu (potential adopter) melalui saluran komunikasi tertentu.
Saluran komunikasi sebagai media/alat untuk menyampaikan pesan dari satu orang ke orang lain. Diperlukan ketepatan dalam pemilihan atau penggunaanya, sehingga proses komunikasi menjadi efektif. kondisi kedua belah pihak yang berkomunikasi akan mempengaruhi pemilihan dan penggunaan saluran komunikasi. Contoh : saluran media massa seperti televise, radio, surat kabar, dan sebagainya tepat digunakan untuk menyampaikan informasi dari seseorang kepada sekelompok orang tertentu. Sedangkan saluran interpersonal (antar individu), lebih efektif untuk mempengaruhi seseorang, sahabat, keluarga agar menerima inovasi. Saluran interpersonal dapat pula dipakai dalam sebuah kelompok.
Komunikasi interpersonal dengan prinsip homophily (kesamaan) yaitu kesamaan (asal daerah, bahasa, kepercayaan, dsb) antar orang yang berkomunikasi, akan lebih efektif untuk membujuk atau mempengaruhi seseorang untuk menerima sebuah inovasi. Karena berdasarkan hasil kajian dalam proses difusi banyak orang yang tidak menilai inovasi secara obyektif berdasarkan kajian ilmiah, tetapi mereka menilai secara subjective berdasarkan informasi yang diperoleh dari kawanya yang terlebih dahulu mengetahui dan menerima inovasi. Pada kenyataanya dalam proses difusi justru keadaanya berlawanan (heterophily). Perlawanan-perlawanan antar individu tersebut dapat diatasi jika ada emphaty yaitu kemampuan seseorang untuk memproyeksikan dirinya (mengandaikan dirinya) sama dengan orang lain.
            3.         Waktu
Waktu merupakan elemen terpenting dalam proses difusi, karena waktu adalah aspek utama dalam komunikasi. Waktu merupakan aspek dari Setiap kegiatan yang dilakukan. Peranan dimensi waktu dalam proses difusi yaitu :
a.       Proses keputusan inovasi
Ialah proses sejak seseorang mengetahui inovasi pertama kali sampai ia memutuskan untuk menerima atau menolak inovasi. Terdapat 5 langkah dalam proses keputusan inovasi, yaitu : i) pengetahuan tentang inovasi; ii) bujukan atau himbauan; iii) penetapan atau keputusan; iv) penerapan (implementasi); v) konfirmasi (confirmation). Dimana peranan elemen waktu tampak dengan adanya urutan waktu pelaksanaan dari ke 5 tahap diatas. Periode waktu keputusan inovasi ialah lamanya waktu yang digunakan selama proses keputusan inovasi berlangsung, melalui 5 tahap diatas. Namun, ke- 5 tahap tersebut tidak semunya terlalui, karena mungkin terjadi perkecualian. Contoh, seseorang memutuskan menerima inovasi tanpa melalui tahap himbauan.
b.      Kepekaan seseorang terhadap inovasi
Tidak semua orang dalam suatu sistem sosial (masyarakat) menerima inovasi dalam waktu yang sama. Mereka menerima inovasi dalam urutan waktu, artinya ada yang dahulu ada yang kemudian. Yang menerima inovasi lebih dahulu secara relative lebih peka terhadap inovasi daripada yang menerima inovasi lebih akhir.
Berdasarkan kepekaan terhadap inovasi atau terdahulunya dan terlambatnya menerima inovasi, dapat dikategorikan menjadi 5 macam kategori penerima inovasi dalam suatu sistem sosial tertentu yaitu : (a) inovator, (b) pemula, (c) mayoritas awal, (d) mayoritas akhir, dan (e) terlambat (tertinggal).
Lima kategori penerima inovasi tersebut merupakan bentuk ideal, berdasarkan observasi dari kenyataan dan didesain sebagai bahan perbandingan antar warga masyarakat (anggota sistem sosial). Fungsi dari bentuk ideal tersebut sebagai petunjuk perencanaan kegiatan penelitian serta dapat juga dipakai sebagai bahan kerangka acuan analisa hasil penelitian.
c.       Kecepatan penerimaan inovasi
Kecepatan penerimaan inovasi ialah kecepatan relative diterimanya inovasi oleh warga masyarakat (anggota sistem sosial). Apabila sejumlah warga masyarakat menerima suatu inovasi, dan dibuat diagram frekuensi kumulatif berdasarkan waktu, maka hasilnya akan berupa kurva yang berbentuk – S ( bentuk kurva dapat dilihat dalam Ibrahim, 1988: 65)
 Bagan tersebut menunjukkan bahwa pada mulanya hanya beberapa orang yang menerima inovasi dalam tiap periode waktu tertentu (misalnya tahun atau bulan), mereka itu adalah innovator. Kemudian tampak kurve difusi segera mulai menanjak, makin lama makin banyak orang yang menerima inovasi. Kemudian kecepatan penerimaan inovasi mendatar, menggambarkan makin lama makin sedikit yang tinggal dan proses difusi selesai, artinya semua warga masyarakat telah menerima inovasi.
Kecepatan inovasi biasanya diukur berdasarkan lamanya waktu yang diperlukan untuk mencapai prosentase tertentu dari jumlah warga masyarakat yang telah menerima inovasi. Oleh karena itu pengukuran kecepatan inovasi cenderung diukur dengan berdasarkan tinjauan penerimaan inovasi oleh keseluruhan warga masyarakat, bukan penerimaan inovasi secara individual. Pertanyaan yang perlu dipikirkan ialah mengapa terjadi perbedaan kecepatan penerimaan inovasi dalam proses difusi inovasi. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, lihat kembali karakteristik dan atribut inovasi. Tetapi perbedaan kecepatan penerimaan inovasi juga dipengaruhi oleh adanya perbedaan kondisi sistem sosial tertentu.
                     4.         Sistem Sosial
System social adalah hubungan (interaksi) anatr individu atau unit dengan bekerja sama untuk memecahkan masalah guna mencapai tujuan. anggota system social dapat individu, organisasi, kelompok, dan sub system lainya yang saling pengertian dan memberi hubungan timbale balik. Misalnya : petani di desa, para dosen dan karyawan di perguruan tinggi, dan sebagainya. Individu akan terpengaruh oleh system social dalam menghadapi sebuah difusi inovasi.
 Roger (dalam jurnal Dina H.D) menyebutkan bahwa sesuatu itu disebut inovasi apabila menguntungkan, sesuai dengan nilai-nilai, tingkat kerumitan yang dapat ditoleransi, dapat diujicobakan, dan hasilnya dapat di amati. Pengaruh system social terhadap difusi inovasi dijelaskan lebih lanjut pada point selanjutnya. 

 Pengaruh Sistem Sosial Terhadap Difusi Inovasi
Hal-hal yang berkaitan antara system social dan pengaruhnya terhadap proses difusi inovasi, akan dibahas mengenai bentuk system social dalam mempengaruhi difusi, pengaruh norma dalam difusi, pengaruh pimpinan (pemuka) pendapat dan agen pembaharu, tipe keputusan inovasi, dan konsekuensi inovasi.  Hal-hal tersebuut berperan dalam hubungan antara system social dengan proses difusi inovasi yang terjadi dalam system social. Berikut sedikit ulasan mengenai hal-hal tersebut (Ibrahim,1988:67):
Struktur social dan difusi
Struktur sosial dalam hal ini diartikan sebagai pedoman peraturan unit dalam suatu sistem. Dengan adanya struktur ini maka dapat meninmbulkan ketertiban dan kestabilan tingkah laku individu dalam sistem sosial, dan juga memberikan kemungkinan tiap individu untuk merencanakan atau meramalkan tingkah laku yang akan dilakukannya sepanjang tidak menyimpang dari peraturan yang telah ada.
Struktur sosial bukan hanya berlaku dalam organisasi formal tetapi juga dalam struktur informal, yaitu hubungan antar sesame warga masyarakat atau antar anggota sistem sosial secara informal, dengan cirri utama adanya kejelasan siapa berhubungan dengan siapa dan dalam situasi yang bagaimana.
Struktur sistem sosial dapat memperlancar atau menghambat proses difusi inovasi dalam suatu sistem, karena struktur sosial sangat berpengaruh terhadap proses komunikasi. Hal ini sangat menarik perhatian para ahli sosiologi dan psikologi sosial, karena tidak mungkin akan mempelajari difusi tanpa mengetahui struktur sosial yang ditempati para penerima inovasi.
Norma system social dan difusi
Norma yang berlaku pada suatu sistem sosial berpengaruh terhadap kecepatan penerimaan inovasi. Norma yang berlaku pada suatu sistem sosial merupakan pedoman tingkah laku anggota sistem sosial yang ditaati. Norma menjelaskan tentang perbuatan apa yang diperbolehkan serta memberikan petunjuk tentang standard perbuatan para anggota sistem sosial. Oleh karena itu suatu inovasi yang tidak sesuai dengan norma yang ada pada suatu sistem sosial akan terhambat pelaksanaan proses difusinya.
Pemuka pendapat dan agen pembaharu
Dua peranan orang yang mempunyai peranan penting dalam proses inovasi yaitu pemuka pendapat dan agen pembaharu.
Pemuka pendapat ialah orang yang mampu mempengaruhi orang-orang lain agar mengubah sikap atau tingkah lakunya secara informal, ke arah sesuatu perubahan yang dikehendaki. Pemuka pendapat merupakan pimpinan informal, yang tidak tentu memiliki status formal sebagai pemimpin dalam masyarakat. Banyak penelitian menunjukkan bahwa jika sistem sosial akan mengadakan perubahan, maka pemuka pendapat sangat inovatif, tetapi jika norma tidak mau menerima perubahan, maka tingkah laku pemuka pendapat juga menggambarkan norma tersebut. Dengan kata lain pemuka pendapat merupakan contoh dan perwujudan dari struktur sosial.
Dalam beberapa ssitem sosial, ternyata pemuka pendapat dapat berperan kedua-duanya, mungkin dai sebagai pemuka inovasi, tetapi mungkin juga dia sebagai pemimpin yang menentang inovasi. Pengaruh pemuka pendapat ini dapat memperlancar difusi inovasi atau sebagai penghambat difusi inovasi. Jika dibandingkan dengan warga masyarakat bisa pemuka pendapat ini secra umum memiliki sifat-sifat yang berbeda, anatra lain :lebih terbuka terhadap segala macam bentuk komunikasi dengan dunia luar, lebih bersifat kosmopolit (semua manusia adalah saudara), dan memiliki status yang lebih tinggi, lebih inovatif (tetapi tergantung kesesuaian dengan norma). Peranan yang sangat penting dari pemuka pendapat ialah menjadi pusat komunikasi (hubungan interpersonal) dalam jaringan komunikasi dalam sistem sosial.
Agen pembaharu adalah seorang professional yang bertugas untuk mempengaruhi klien (sasaran inovasi), untuk mengambil keputusan mengikuti inovasi, sesuai dengan tujuan yang akan dicapai oleh lembaga atau organisasi tempat agen pembaharu itu bekerja. Agen pembaharu selalu berusaha agar terjadi proses difusi inovasi, tetapi justru biasanya proses difusi kurang lancer karena ia orang yang datang dari luar sistem sosial (heterophil). Untuk melancarkan proses difusi biasanya agen pembaharu menggunakan pemuka pendapat untuk kampanye penyebaran inovasi. Demikian pula sering terjadi yang menjadi agen pembaharu seorang sarjana yang memang ahli sesuai dengan ide baru atau inovasi yang akan disebarluaskan, tetapi dengan timbul hambatan dalam tugasnya melaksanakan difusi inovasi, yaitu tidak dapat dekat dengan warga masyarakat. Untuk mengatasi itu biasanya digunakan tenaga pembantu yang tentu saja kualitas profesionalnya kurang daripada agen pembaharu tetapi lebih erat dengan anggota sistem sosial yang menjadi sasaran inovasi. Pembantu agen pembaharu dipilihkan orang yang lebih homphily, sehingga dapat mengurangi kesenjangan heterophily, yang terjadi antara agen pembaharu dengan klien.
Tipe keputusan inovasi
Inovasi diterima tidaknya diputuskan berdasarkan keputusan bersama atau tanpa paksaan. Tipe keputusan inovasi dapat dibedakan menjadi :
a.       Keputusan inovasi opsional, yaitu keputusan diterima tidaknya inovasi ditentukan oleh individu secara mandiri tanpa pengaruh anggota system social. Meskipun seorang individu mengambil keputusan berdasarkan norma system social atau hasil komunikasi interpersonal dengan anggota system social.
b.      Keputusan inovasi kolektif, yaitu keputusan diterima tidaknya inovasi berdasarkan keputusan yang dibuat secara bersama-sama berdasarkan kesepakatanantar anggota system social.
c.       Keputusan inovasi otoritas, yaitu keputusan diterima tidaknya inovasi berdasarkan keputusan yang dibuat oleh seseorang atau sekelompok orang  yang berkedudukan, status, wewenang atau kemampuan yang lebih tinggi daripada anggota yang lain dalam suatu system social.
Ketiga tipe keputusan tersebut merupakan rentangan (continuum) dari keputusan opsional, dilanjutkan keputusan kolektif, dan yang terakhir keputusan otoritas. Tipe keputusan yang digunakan untuk menyebarkan suatu inovasi dapat berubah dalam waktu tertentu.
d.      Keputusan inovasi kontingen (contingent), yaitu pemilihan diterima tidaknya suatu inovasi, baru dapat dilakukan hanya setelah ada keputusan inovasi yang mendahuluinya. Cirri pokok keputusan ini ialah digunakanya dua atau lebih keputusan inovasi secara bergantian untuk menangani suatu difusi inovasi, terserah yang mana yang akan digunakan bisa keputusan opsional, kolektif atau otoritas.
Konsekuensi Inovasi
System social berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung (keputusan opsional) dalam proses pengambilan keputusan inovasi. Konsekuensi inovasi ialah perubahan yang terjadi dalam system social sebagai hasil dari penerimaan atau penolakan dari suatu inovasi.  Klasifikasi konsekuensi inovasi, meliputi :
a.       Konsekuensi yang bermanfaat dengan yang tidak bermanfaat, tergantung dari hasil inovasi di dalam system social itu fungsional atau tidak fungsional.
b.      Konsekuensi langsung dengan tidak langsung, tergantung dari perubahan yang terjadi pada individu atau system social         berupa respon yang pertama terjadi pada inovasi, atau respon kedua setelah adanya konsekuensi langsung.
c.       Konsekuensi yang diharapkan dengan yang tidak diharapkan, tergantung dari bagaimana perubahan itu, diketahui dan direncanakan oleh anggota system social, atau tidak.
Ketika klasifikasi konsekuensi tersebut biasanya berlangsung secara bersamaan. Dan untuk menentukan sebuah konsekuensi bermanfaat atau tidak cukup sulit, karena biasanya dapat terjadi suatu inovasi bermanfaat bagi system social, tapi tidak untuk anggota system social tertentu.
Contoh dari proses inovasi dan difusi serta konsekuensinya lebih jelas terdapat dibuku Ibrahim (1988:74-77) , salah satunya yaitu tentang usaha perbaikan pendidikan  di Indonesia yang disebut hari Krida. Dimana kegiatan tersebut dilakukan Setiap hari sabtu, siswa tidak diajar seperti biasa tapi dilatih berbagai ketrampilan, kesenian , dan olahraga. Pelaksanaan inovasi dimulai dengan cara penyampaian informasi tentang cara pelaksanaan Hari Krida dari atas sampai lapisan bawah. Sehingga berdasarkan kondisi dan situasi sekolah maupun social, umumnya pada hari sabtuyang berlangsung hanya olahraga dan kesenian khususnya menyanyi. Dari Inovasi tersebut diperoleh analisis :
Kemanfaatan, tetap aka nada manfaat walaupun tidak sepenuhnya seperti yang diharapkan. Konsekuensi langsung, dengan adanya latihan olahraga secara rutin Setiap hari sabtu, maka tim olahraga sekolah menjadi terlatih dan terampil. Konsekuensi yang diharapkan, tidak sepenuhnya tercapai karena hanya sebagian ketrampilan siswa yang dapat dikembangkan. Konsekuensi yang tidak diharapkan, terjadinya pulang awal pada hari sabtu.

0 komentar:

Posting Komentar