FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADOPSI INOVASI
Tujuan utama proses difusi adalah agar diadopsinya suatu
inovasi. Namun demikian, ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses keputusan
inovasi tersebut. Berikut ini adalah penjelasan dari beberapa faktor yang
mempengaruhi proses keputusan inovasi :
a.
Karakteristik Inovasi, Everett M. Roger (Ibrahim, 1988:47) mengemukakan
karakteristik inovasi dapat mempengaruhi cepat lambatnya penerimaan inovasi,
yaitu :
1)
Keunggulan
relatif (relative advantage) . Derajat dimana suatu inovasi dianggap
lebih baik/unggul dari yang pernah ada sebelumnya. Hal ini dapat diukur dari
beberapa segi, seperti segi eknomi, prestise social, kenyamanan, kepuasan dan
lain-lain. Semakin besar keunggulan relatif dirasakan oleh pengadopsi, semakin
cepat inovasi tersebut dapat diadopsi.
2)
Kompatibilitas
(compatibility). Derajat dimana inovasi tersebut dianggap konsisten
dengan nilai-nilai yang berlaku, pengalaman masa lalu dan kebutuhan pengadopsi.
Sebagai contoh, jika suatu inovasi atau ide baru tertentu tidak sesuai dengan
nilai dan norma yang berlaku, maka inovasi itu tidak dapat diadopsi dengan
mudah sebagaimana halnya dengan inovasi yang sesuai (compatible).
3)
Kerumitan (complexity). Derajat dimana
inovasi dianggap sebagai suatu yang sulit untuk dipahami dan digunakan.
Beberapa inovasi tertentu ada yang dengan mudah dapat dimengerti dan digunakan
oleh pengadopsi dan ada pula yang sebaliknya. Semakin mudah dipahami dan
dimengerti oleh pengadopsi, maka semakin cepat suatu inovasi dapat diadopsi.
4)
Kemampuan diuji cobakan (trialability) .
Derajat dimana suatu inovasi dapat diuji-coba batas tertentu. Suatu inovasi
yang dapat di uji-cobakan dalam seting sesungguhnya umumnya akan lebih cepat
diadopsi. Jadi, agar dapat dengan cepat diadopsi, suatu inovasi sebaiknya harus
mampu menunjukan (mendemonstrasikan) keunggulannya.
b.
Atribut
inovasi
Menurut
Zalman, Ducan, dan Holbek bahwa cepat lambatnya penerimaan inovasi dipengaruhi
oleh atribut inovasi, yaitu sebagai berikut (Udin Syaefudin S., 2010:23) :
1)
Pembiayaan
(cost), cepat lambatnya penerimaan
inovasi dipengaruhi oleh pembiayaan. Baik pembiayaan pada awal (penggunaan)
maupun pembiayaan untuk pembinaan selanjutnya. Biasanya tingginya pembiayaan
ada kaitanya dengan kualitas inovasi sendiri.
2)
Balik
modal, atribut ini hanya ada dalam inovasi di bidang perusahaan/industry.
Artinya suatu inovasi akan dapat dilaksanakan kalau hasilnya dapat dilihat
sesuai dengan modal yang dikeluarkan.
3)
Efisiensi,inovasi
cepat diterima jika ternyata pelaksanaanya dapat menghemat waktu dan terhindar
dari berbagai masalah/hambatan.
4)
Resiko
dari ketidakpastian, inovasi cepat diterima jika mengandung resiko
sekecil-kecilnya.
5)
Mudah
dikomunikasikan, inovasi cepat diterima jika isinya mudah dikomunikasikan dan
mudah diterima klien.
6)
Kompatibilitas,
sepat diterima jika adanya kesesuaian dengan nilai-nilai warga masyarakat.
7)
Kompleksitas,
inovasi mudah digunakan oleh penerima akan cepat tersebar dengan cepat.
8)
Status
ilmiah,inovasi yang sukar dimengerti atau sukar digunakan penerima akan lambat
proses penyebaranya.
9)
Kadar
keaslian, warga masyarakat dapat cepat menerima inovasi yang dirasakan itu hal
yang baru bagi mereka.
10) Dapat dilihat kemanfaatanya
11) Dapat dilihat batas sebelumnya,
inovasi mudah diterima masyarakat jika dapat dilihat batas sebelumnya.
12) Keterlibatan sasaran perubahan
13) Hubungan interpersonal, dengan
hubungan yang baik inovasi dapat dengan mudah diterima.
14) Kepentingan umum atau pribadi,
inovasi yang bermanfaat untuk kepentingan umum akan lebih cepat diterima
daripada yang ditujukan untuk kepentingan kelompok tertentu.
15) Penyuluh inovasi, guna
melancarkan usaha mengenalkan suatu inovasi kepada organisasi sampai organisasi
mau menerima inovasi, diperlukan sejumlah orang yang diangkat menjadi penyuluh inovasi.
Contoh
Difusi Inovasi dalam Pendidikan
Inovasi
pendidikan dapat diartikan sebagai ide, gagasan, strategi/metode yang dirasakan
dan diamati sebagai hal baru bagi individu maupun kelompok masyarakat guna
mencapai tujuan pendidikan atau memecahkan masalah pendidikan. Berikut beberapa
contoh proses difusi inovasi pendidikan yang dituangkan dalam jurnal Dini H.D,
antara lain :
1.
Program Bermain Sambil Belajar (BSB)
Program BSB didasarkan pada konsep active learning, yaitu siswa akan belajar lebih banyak jika
dilibatkan secara aktif dalam belajar. Hasil pengamatan di suatu sekolah,
menunjukkan bahwa untuk meningkatkan mutu hasil pembelajaran, sekolah itu telah
mendisfusikan dan menerapkan inovasi dalam strategi pembelajaran dengan
menerapkan BSB. BSB ini merupakan inovasi, yang telah didifusikan oleh kepala
sekolah kepada para guru (top down)
sebagai adopternya, komunikasi berlangsung melalui saluran antarpribadi dan
dapat berlagsung secara lancer karena terdapat kesamaan atau dapat dikatakan
mereka dalam suatu sistem sosial yang relative bersifat hemofili.
2.
Penggunaan website untuk pembelajaran
Pengadaan dan penggunaan website di
sekolah merupakan suatu gagasan dan metode yang baru. Setelah ada website,
waktu guru tidak lagi terbatas untuk menyajikan bahan pelajaran. Sebelumnya
proses pembelajaran terjadi hanyalah di dalam sekolah. Melalui website ini,
siswa dapat belajar kapan saja dan di mana saja selama ada akses ke
internet.selain itu, penggunaan website sebagai media informasi juga merupakan
hal baru di sekolah. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa penggunaan website
adalah suatu inovasi.
3.
Penggunaan CD dan LCD di Sekolah Tirta Marta BPK
Penabur
Penggunaan CD dan LCD dalam pembelajaran
menjadi lebih efektif dan menyenangkan bagi siswa dan siswa tidak takut lagi
terhadap suatu mata pelajaran yang dianggapnya sulit. Di samping itu, inovasi
ini mempermudah guru dalam memberikan materi pelajaran dan menjelaskan sesuatu
yang abstrak. Pendifusian inovasi ini, dilakukan secara top down dari kantor pusat yayasan BPK penabur keseluruh kantor
cabang sekolah BPK penabur yang ada di Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar